Lihat ke Halaman Asli

Menyusuri Poros Imajiner Yogyakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13706957091299793436

Mengawali start dari Jalan Parangtritis KM 3,5 Yogyakarta, pagi ini saya berencana untuk menyusuri poros imajiner Yogyakarta. Tempat tinggal saya tak jauh dari Panggung Krapyak, salah satu cagar budaya yang merupakan titik paling selatan dari wilayah kota tua Yogyakarta. Apabila berjalan kearah selatan akan tiba di Pantai Parangtritis yang terkenal dengan Legenda Nyi Roro Kidulnya.

Namun perjalanan kali ini saya fokuskan dari tempat tinggal dengan destinasi utama di wilayah Kaliurang, jalan masuk menuju Gunung Merapi. Pada kesempatan kali ini saya berjalan kaki, meskipun cuaca nampak sedikit kurang mendukung karena mendung sudah menggelayut dilangit Yogyakarta dan hujan sempat turun ketika adzan shubuh.

Berjalan kaki sudah menjadi rutinitas untuk saya pribadi, kebiasaan ini adalah warisan dari bapak yang memang waktu muda dulu beliau suka berjalan kaki. Fakta ini saya ketahui justru ketika saya sudah beranjak 23 tahun.

Jalan Parangtritis nampak sepi pagi ini, meskipun sesekali tetap ada bus-bus pariwisata yang berlalu lalang. Pasar Prawirotaman sudah nampak sepi, mungkin karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 ketika saya sampai disana, beruntung warung soto daging yang jadi langganan saya masih buka dan masih belum habis. Seporsi soto daging + nasi seharga Rp. 6.000,- saya pesan untuk sarapan pagi ini. Beberapa turis sesekali nampak di sekitar kawasan ini yang memang dikenal dengan sebutan Kampung Turis.

Selesai sarapan saya kembali beranjak menyusuri Jalan Parangtritis dan kemudian melewati Jalan Brigjen Katamso. Jogjatronik nampak masih sepi, dan sepertinya belum buka. Tak jauh dari Jogjatronik ada satu destinasi yang cukup menarik, sebuah bangunan yang sering disebut sebagai Gereja Gothic Sayidan. Bangunan ini akan terlihat sesaat setelah melewati Jogjatronik di sebelah kanan dari arah selatan. Saya hanya sempat melihat dari kejauhan bangunan tersebut karena memang itu bukan destinasi utama saya kali ini. Lagipula, sebagai seorang muslim saya akan lebih tertarik untuk mengunjungi Masjid dibandingkan dengan Gereja, meskipun menurut beberapa blog yang pernah memuat tulisan tentang Gereja Gothic Sayidan, bahwa bangunan itu sebetulnya bukan bangunan Gereja, hanya kebetulan saja arsitekturnya mirip, bangunan ini dulunya dipakai sebagai pabrik batik dan sekaligus museum batik.

Melewati perempatan yang mengarah ke Taman Pintar dan Jalan Malioboro, saya tetap lurus melewati jalan Mayor Suryotomo. Kali ini saya menggunakan bantuan GPS untuk mencari rute yang tercepat ke arah Kaliurang. Ketika melewati Jalan Mataram saya belok kanan ke arah Jalan Mas Suharto dan kemudian Jalan Tukangan. Menurut saya pribadi Yogyakarta masih sangat nyaman untuk para pejalan kaki, beberapa trotoar nampak diperbarui dan tidak ditempati oleh pedagang-pedagang.

Stasiun Lempuyangan nampak sepi, tak seramai Stasiun Tugu seperti ketika saya pertama tiba di kota ini dulu. Beberapa kereta barang nampak terparkir dan sesekali petugas stasiun mengumumkan lewat pengeras suara tentang kedatangan kereta api. Tidak ada suasana Stasiun yang ramai seperti yang dapat saya temukan di beberapa stasiun di Jakarta, atau mungkin saya yang berada di sisi yang tidak tepat?

Perjalanan berlanjut menyusuri Jalan Suroto sampai ke perempatan Jalan Jendral Sudirman, sesekali saya cek posisi menggunakan GPS agar tidak salah ambil jalan. Tepat di halaman depan Gedung Gramedia di Jalan Jendral Sudirman sedang diadakan bazar buku, tapi fokus saya tetap untuk ke Kaliurang terlebih dahulu dan rencana akan mampir ke Gramedia nanti setelah pulang.

Saya sengaja tidak mengambil Jalan A.M Sangaji tapi jalan lurus terus menuju kampus Universitas Gadjah Mada untuk menghemat waktu berhubung saya start sudah terlalu siang. Rintik hujan sempat turun ketika memasuki kawasan UGM, beberapa tukang becak sempat menawarkan jasanya namun saya tolak. Ada sms masuk dari atasan yang menanyakan salah satu software yang beberapa waktu lalu sempat saya buat, "Did you upload the code for the Dashboard somewhere? Just need a url and login so I can show it to my partners". Entah kenapa meskipun hari libur masih saja ditanya tentang kerjaan. Saya hanya jawab kalau tidak bawa laptop dan "I'm going to Kaliurang, the area is like Lembang in Bandung" dan pastinya saya bilang kalau saya berjalan kaki. Sesaat kemudian dia membalas lagi "Ngga buru2, take ur time.. its your weekend.. u r 'the wandering hacker' today :D".

Jalan C. Simanjuntak nampak sepi, entah karena hari libur atau memang biasanya seperti ini, atau mungkin karena saya terbiasa melihat kemacetan sewaktu masih tinggal di Bandung dulu. Beberapa lapak yang menawarkan jasa stel velg motor berjejer di samping jalan tepat disebrangnya yang dibatasi dengan pagar adalah komplek UGM.

Langkah kaki saya melewati Jalan Ring Road Utara, kali ini jalanan nampak ramai dan didominasi dengan sepeda motor, seorang ibu-ibu nampak berdiri ditengah jalan ketika lampu merah dan menunjukkan keahliannya dalam menari. Panas terik kini menjadi kawan saya mengawali perjalanan berikutnya, sesekali saya ambil tissue dari tas ransel untuk mengelap keringat dan membersihkan kacamata. Langkah kaki saya ternyata sudah menapaki jalan Kaliurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline