Melihat judulnya pasti kalian berpikir bahwa saya adalah lulusan Master atau Doktoral yang cukup mumpuni sehingga mendapatkan kesempatan berkerja di perusahaan sekelas Mercedes-Benz. Sayangnya saya belum sejauh itu. Saat berkerja disana tahun lalu, saya masih berstatus calon mahasiswa, walaupun sudah berdomisili di Jerman. Yap, dikesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman sebagai working-student. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Mercedes-Benz Hamburg"][/caption] Semua pasti mengenal Mercedes-Benz. Parbrikan mobil Jerman ternama ini tentu tak asing di telinga kita. Hampir semua orang berangan-angan untuk memarkir mobil dengan logo yang elegan itu di halaman rumah tak terkecuali saya sendiri. Mimpi ini saya tutup rapat-rapat dulu di kotak masa depan saya. Kali ini saatnya membuka kotak masa kini yang masih mungkin terealisasikan. Tidak muluk-muluk, hanya bekerja di dalamnya, tidak sebagai pekerja tetap tapi working-student. Sejak pertama kali menginjakan kaki di Jerman saya sudah melirik perusahaan besar ini. Tiap ada lowongan kerja pasti ditampilkan di website resminya. Cukup lama menanti sampai akhirnya saya mendapatkan libur panjang dan saya sempatkan diri untuk mendaftar. Kala itu ada lowongan pekerjaan di Hamburg, di kota saya tinggal. Bukannya mata duitan, tapi hal pertama yang saya lihat saat melamar kerja ya gajinya. Saya yakin jika kalian menjadi saya juga pasti seperti itu. Disana tertera 2200€/bulan atau jika dirupiahkan mencapai 30 Juta rupiah. WOW! Seketika terbelalak mata saya. Itu hanya jumlah kotornya saja, tapi jika dikurangi pajak yang kurang lebih 20%, tetap saja saya kalap. Uang sebesar itu bisa saya dapatkan tanpa perlu mengantongi gelar sarjana terlebih dahulu. [caption id="" align="aligncenter" width="819" caption="Suasana di Tempat Bekerja"] [/caption] Berbekal kemampuan bahasa Jerman seadanya, saya mulai menulis motivation letter dan CV. Tak lupa juga saya siapkan dokumen-dokumen penting yang dibutukan, mulai dari paspor, visa, surat keterangan ijin kerja, asuransi kesehatan, surat pajak dan surat keterangan sebagai mahasiswa/calon mahasiswa. Proses pendaftaran dilakukan 100% online. Yang paling menentukan adalah motivation letter. Saya berkali-kali meminta bantuan teman saya yang berkewarganegaraan Jerman untuk mengoreksi tulisan saya. Saya tidak mau ada cacat sedikitpun. Setelah semua proses pendaftaran selesai, saya hanya bisa pasrah dan menunggu. Saya menunggu kurang lebih 2 bulan sampai akhirnya saya mendapatkan telepon dari kantor Mercedes-Benz. Kala itu saya hampir lupa kalau saya pernah mendaftar disana. Si penelpon awalnya menyebutkan identitas dirinya, namun waktu itu saya terdistraksi suara sekitar sehingga kurang konsentrasi dan tidak mendengar apa yang Ia katakan. Yang saya dengar hanyalah. “Terimakasih telah mendaftar sebagai full-time working-student. Anda bisa bekerja dalam jangka waktu yang Anda minta. Apakah Anda mengambil kesempatan ini? Proses selanjutkan akan dijelaskan lebih lanjut melalui Email.” Dengan sigap saya menjawab „ya“ walaupun saya masih penasaran siapa yang menelfon. Saya memang sudah mendaftar banyak pekerjaan sebelumnya karena waktu libur yang cukup lama dan saya ingin menabung untuk pulang sebentar ke Indonesia (setelah 1 tahun lamanya belajar bahasa di Jerman) dengan hasil jerih payah sendiri. Sesaat setelah itu saya mencoba mengingat-ngingat kembali, dimana saya mendaftar dalam jangka waktu tersebut. Dan saya baru ingat kalau saya pernah mendaftar di Mercedes-Benz. Yeaah! Senang sekali rasanya. Setelah melalui proses pendaftaran ulang, menerima presentasi tentang safety dalam bekerja dan pengenalan tempat bekerja, saya bisa memulai pekerjaan yang saya impikan ini. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kartu Identitas"][/caption]Walaupun tidak sampai sebulan, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan teman-teman baru. Tidak hanya laki-laki, perempuan pun tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Pada periode itu, saya satu-satunya orang Indonesia yang bekerja disana. Saya ditempatkan di salah satu tim yang terdiri dari satu mahasiswa Jerman dan beberapa pekerja tetap yang berasal dari Rusia, Tunisia, Turki, dan beberapa negara lainnya. Mereka sangat ramah. Sering sekali kami berlelucon tentang negara masing-masing. Pernah juga sesekali saya diantar pulang oleh kolega saya yang berasal dari Turki. Meskipun baru bekerja sebentar, saya sudah merasakan kekeluargaan dalam tim tersebut. Dalam tim itu kami mendapatkan tugas mengelas salah satu bagian pipa pembuangan kendaraan bermotor. Tidak manual melainkan dengan robot. Kami hanya perlu menyusun bagiannya, untuk menyatukannya menjadi tugas robot. Sebelum bekerja tentunya saya mendapatkan pengarahan singkat. Pekerjaannya sangat mudah karena kami melakukan hal yang sama berulang-ulang. Sekedar informasi Mercedes-Benz Hamburg memang difokuskan untuk produksi. Jadi yang saya lakukan sepenuhnya berbau produksi awal. Waktu bekerja disana dibagi menjadi 3 shifts (pagi, siang dan malam) yang selalu berganti tiap minggunya. Kami bekerja 8 jam lamanya dengan waktu istirahat yang lebih dari cukup. Jika ditotal kurang lebih saya bekerja hanya 6 setengah jam dengan bayaran 8 jam. Enak sekali bukan? Iklim bekerja disana juga cukup menarik, mereka sangat disiplin bekerja maupun istirahat. Disaat bekerja mereka benar-benar berusaha maksimal dan hanya berbicara seperlunya dengan kolega. Saya pun termotivasi untuk bekerja lebih cepat. Kendala yang saya alami adalah saat mendapatkan shift malam yaitu dari pukul 10 malam sampai 6 pagi keesokan harinya. Berusaha terjaga ditengah malam sangat amat sulit, lebih sulit lagi karena waktu tidur saya yang menyalahi aturan. Sebagai penambah motivasi tentunya mereka sudah menyiapkan penawaran menarik, kami dibayar 150%. Kesempatan mendapat bayaran lebih juga bisa diambil di hari Sabtu dan Minggu. Pengalaman yang tak akan saya lupakan. Jika mendapat kesempatan lagi pasti akan saya ambil. Sampai sekarang saya telah mendapatkan email lebih dari 3 kali untuk bekerja lagi bersama mereka, apa daya libur panjang belum saya dapatkan. Alangkah indahnya jika calon mahasiswa di Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja selama liburan atau magang di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Selain mendapat uang jajan tambahan, menambah daftar pengalaman bekerja di CV dan menambah relasi, mereka juga bisa mendapatkan gambaran tentang jurusan yang akan mereka ambil saat kuliah nanti. Dalam kasus saya, di bidang teknik. Mungkin orang-orang yang berpikir menjadi Engineer itu tidak menarik, pekerjaan para lelaki dan kurang menghasilkan, akan terbantahkan saat mereka terjun langsung ke lapangannya. Buktinya di Universitas saya untuk jurusan teknik mesin jumlah perempuannya mencapai 30%. Dan jangan salah, penampilan mereka juga oke punya. Situasi seperti ini sangat amat jarang kita temui di Indonesia. Jumlah perempuan biasanya 6 banding satu, maksudnya 6 angkatan satu perempuan hahaha… Untuk mengakhiri saya ingin mengutip sedikit kata-kata bijak yang disampaikan oleh Albert Einstein.
"The only source of knowledge is experience."
Albert Einstein
Semoga kelak pengalaman saya ini tidak hanya bisa dibaca atau didengar, melainkan juga dirasakan sendiri. Salam Hangat, Putu Teguh Satria Adi Aachen, 5. April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H