Mata Republik ini berkaca-kaca ketika menyaksikan banyak bayi yang baru lahir terkapar tak berdaya di tempat-tempat yang tak layak. Bahkan banyak dari mereka menjadi korban dari orang tua kandung mereka yang tak bertanggung jawab.
Republik ini mungkin menangis meraung-raung ketika melihat para generasi mudanya menjadi generasi abu-abu yang tidak pernah mencitrakan dirinya sebagai seorang penerus bangsa yang heroik dengan aktivitas yang positif. Lihat saja di televisi yang masih hangat memberitakan bagaimana seorang siswi SMP menjadi mucikari bagi rekan-rekannya yang masih berusia belia. Sungguh sebuah ironi yang menyesakkan dada, di mana bangsa ini selalu menggembar-gemborkan pendidikan moral dan karakter ternyata masih jauh dari harapan.
Bukan hanya itu saja, sedu-sedan tangis Republik ini juga terlihat ketika dia melihat para mahasiswa yang konon katanya adalah manusia intelek dan berpendidikan dan seharusnya berada di dalam ruang kuliah untuk menyiapkan diri menjadi calon pemimpin bangsa ini, malah berkeliaran di jalanan untuk ber-demo. Kalau betul-betul menyampaikan aspirasi positif yang berasal dari hati nurani mereka, itu adalah perjuangan sejati. Namun akhir-akhir ini banyak oknum mahasiswa yang melakukan demonstrasi berdasarkan bayaran. Mau jadi apa bangsa ini jika generasi intelektualnya saja menjadi generasi bayaran?
Republik ini juga semakin menangis sejadi-jadinya ketika para oknum pejabat yang berada di atas sana selalu menebarkan pesona magis, sehingga rakyat merasa terhipnotis dan tak menyadari bahwa dibalik apa yang dilakukan para oknum pejabat tersebut sebenarnya hanya demi keuntungan pribadinya saja. Dan mereka-mereka itu kini lebih handal berakting dari artis film. Mereka mampu berperan sebagai tokoh protagonis, walaupun sebenarnya sifat mereka adalah antagonis. Mereka mampu menghibur rakyat dipanggung politik, walaupun pada akhirnya rakyat hancur lebur.
Hah, kami berharap suatu saat republik ini bisa tersenyum lebar dengan kemajuan akhlak dari penduduknya.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H