Lihat ke Halaman Asli

Teguh Nugroho

Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Cerita Perjalanan di 5 Negara ASEAN, Ribet Nukerin Duit?

Diperbarui: 12 Juni 2023   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuktuk di Siem Reap, Kamboja [dokpri]

Sopir taksi itu menggeleng ketika saya sodorkan lembar-lembar USD padanya. Saya dan seorang rekan perjalanan baru saja melakukan perjalanan yang cukup panjang dari District 1 ke District 9 di kota terbesar Vietnam, Ho Chi Minh City. Saat itu sudah tengah malam ketika kami tiba di rumah host kami. Sialnya, perjalanan yang jauh membuat argo taksi meroket hingga ke angka 300 ribuan VND dan saya belum sempat menukarkan uang USD saya ke mata uang Dong Vietnam. Dicky, teman saya, malah belum membawa cash sama sekali.

Gawat, gimana ini, batin saya kala itu. 

Akhirnya, dengan muka setebal kulit badak bercula satu, saya menjelaskan kondisinya kepada King, host kami, dan dia bersedia meminjamkan uangnya dulu pada kami untuk membayar ongkos taksi. Gile lu, Gie. Udah mah lo nebeng gratis di rumahnya, masih ngutang pula, pikiran saya berkecamuk. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada jalan lain. Andai sistem pembayaran di ASEAN sudah terintegrasi, pasti drama perjalanan seperti yang saya alami ini tak akan terjadi.

Makanya, ketika mendengar berita bahwa sekarang QRIS Indonesia dan QR Code di Thailand sudah terintegrasi, saya senang sekali. Wah, nampaknya angan-angan saya 8 tahun yang lalu pelan-pelan terwujud.

Perjalanan Melintasi 5 Negara Berbeda

Saya masih teringat pengalaman tahun 2015 silam ketika saya pertama kalinya melakukan perjalanan overland di luar negeri, tepatnya 3 negara ASEAN: Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Oh, ditambah 2 kali layover masing-masing di Kuala Lumpur dan Singapura. Praktis, saya harus menyiapkan 5 mata uang berbeda untuk perjalanan besar ini: Baht Thailand, USD untuk Kamboja, Dong Vietnam, Ringgit Malaysia, dan Dollar Singapura. 

Usaha saya mempersiapkan 5 mata uang tersebut juga cukup berliku karena money changer di Indonesia, apalagi di Bandung tempat saya tinggal, tidak melayani penukaran untuk Dong Vietnam. Nilai tukarnya memang kecil sih. Jadi, saya berangkat dengan membawa Ringgit Malaysia dan Dollar Amerika Serikat.

 

Andai bisa bayar MRT dan kereta api pake QRIS di Bangkok [dokpri]

Kegiatan tukar-menukar mata uang ini juga cukup tricky, kita harus memilih tempat penukaran uang yang tepat agar mata uang yang kita bawa dihargai setinggi-tingginya. Bahkan perbedaan beberapa puluh rupiah saja harus menjadi bahan pertimbangan! Belum termasuk waktu dan tenaga yang harus kita sediakan sebelum memulai perjalanan agar ada uang di tangan. 

Saya sendiri tipe orang yang baru merasa tenang dengan menyiapkan beberapa lembar uang tunai dalam genggaman saat melakukan perjalanan luar negeri. Iya, memang di bandara pasti ada banyak ATM, merchant-merchant juga pasti menerima pembayaran dengan kartu debit/kredit. Tapi gimana kalau kita udah butuh duluan sebelum sempat menemukan mesin ATM mana pun? Gimana kalau kartu debit/kredit kita nggak diterima di negara itu atau nggak bisa dipakai di luar negeri? Gimana kalau ada minimum jumlah transaksi untuk bisa menggunakan kartu debit/kredit, sementara kita cuma transit sebentar aja di negara itu? Nah, pemikiran-pemikiran cemas itu lah yang membuat saya nggak tenang melenggang menembus batas negara dengan hanya bermodalkan kartu gesek.

Angkor Wat, destinasi wisata utama di Kamboja [dokpri]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline