Lihat ke Halaman Asli

Bedah Novel "Gerbang Dialog Danur"

Diperbarui: 26 Februari 2018   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tak kenal dengan film bertemakan horror 'Danur' yang dirilis pada Maret 2017 kemarin, seperti yang kita ketahui film tersebut merupakan film yang diangkat dari novel yang berjudul 'Gerbang Dialog Danur'. Novel karangan Risa Sarasvati ini menceritakan tentang kehidupan pribadinya semenjak kecil hingga dewasa yang tak bisa dipisahkan dari dunia yang tidak semua orang dapat lihat. Walaupun demikian, dalam novel ini Risa lebih dalam membahas tentang kisah persahabatan yang dijalin oleh nya dengan 5 teman hantu yang dia miliki.  Novel tersebut merupakan novel pertama risa yang diterbitkan oleh penerbit asal Jakarta 'Bukune' pada tahun 2015. Novel ini pula yang mengawali karir Risa sebagai seorang penulis; setelah novel ini diterbitkan, banyak novel sekuel bertemakan horor yang Risa terbitkan untuk memberi gambaran tentang dimensi lain yang bersinggungan dengan dimensi manusia.

Hal yang paling menonjol dari novel ini dan membedakannya dari novel -- novel popular yang lain adalah tema yang diangkat. Secara garis besar, novel 'Gerbang Dialog Danur' karangan Risa Sarasvati ini mengangkat tema horor yang sangat jarang sekali diangkat pada novel -- novel populer lain. Tema pada novel danur sendiri sangatlah mudah dipahami dari cara pengarang menyampaikan cerita yang terkandung di dalamnya. Pengarang menyiratkan tema pada novel tersebut melalui narasi dan pengalaman pribadi penulis secara langsung. Tema horor tersebut sangatlah kental terasa dari awal hingga akhir novel. Selain itu, pengarang secara tidak langsung juga menyiratkan hal -- hal tentang persahabatan yang dijalin oleh pengarang dan tokoh -- tokoh lainnya.

Tokoh dalam novel ini dapat dikatakan sangatlah unik. Sedikit berbeda dari novel lainnya, tokoh yang memiliki peran paling besar dalam novel tersebut hanyalah berjumlah satu orang. Tokoh Risa atau aku, dapat dikatakan sebagai satu -- satunya tokoh nyata yang ada pada novel tersebut. Walaupun begitu, hampir tidaklah mungkin rasanya sebuah novel ditulis hanya menampilkan satu tokoh saja; tokoh -- tokoh pendukung yang berperan dalam novel ini bisa dikatakan tidaklah nyata, pasalnya tokoh pendukung pada novel ini adalah tokoh yang dianggap sebagian besar masyarakat hanyalah khayalan semata.

Berawal dari Risa yang merupakan tokoh utama dalam novel ini. Risa digambarkan sebagai sosok aku. Pada novel 'Gerbang Dialog Danur'diceritakan bahwa Risa adalah seorang gadis perempuan yang memiliki kemampuan untuk melhat hantu. Masas kecil Risa sangatlah berbeda dibandingkan masa kecil anak seusianya; Risa menjalin persahabatan dengan 5 hantu keturunan Belanda yang tinggal di rumahnya.

Jangan heran jika tak sengaja mendapatiku sedang berbicara sendirian, atau bahkan tertawa ketika tidak ada siapapun .......". ( Halaman 5 Paragraf 1 )

"Dua tahun sudah kulalui hari -- hari seperti ini, hidup berdampingan dengan sahabat -- sahabat yang hanya bisa dilihat mataku". (Halaman 13 paragraf 1)

Pengarang dalam novel ini secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa Risa memiliki dua sifat yang saling bertolak belakang satu sama lain; Risa memiliki sifat introvertdalam lingkungan aslinya, sedangkan saat bersama teman hantunya, Risa seringkali menjadi seseorang yang berbelas kasihan tinggi dan penyayang.

"Hari ketika bukan rasa takut yang menyeruak dipikiranku, melainkan rasa iba dan rasa sayang yang begitu dalam hingga ingin aku punguti satu -- satu kepala mereka ......" ( Halaman 14 paragraf 1 )

"Masa kecilku memang tak bisa dibilang normal.... Sebenarnya aku ingin menjadi orang yang normal, sekuat tenaga kucurahkan semua ......" (Halaman 73 paragraf 2 ).

Selanjutnya, tokoh pendukung yang pertama dan merupakan ketua 'geng' dari kelompok hantu sahabat -- sahabat Risa; Peter, merupakan hantu bangsawan keturunan Belanda. Pengarang mengisyaratkan bahwa Peter memandang status sosial sebagai suatu hal yang nyata.

" Apalagi Pak Nafi adalah warga setempat yang tentu saja derajatnya jauh lebih rendah daripada aku". ( Halaman 22 paragraf 1 ).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline