Lihat ke Halaman Asli

Berani Mengatakan "Kenapa Tidak" (Refleksi Perjalanan Mudik)

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik.... Mungkin merupakan kata yang akan sering kita dengar dalam beberapa hari ke depan. Tradisi yang entah mulai kapan berkembang di Indonesia ini sepertinya hukumnya "wajib" dijalankan oleh pemeluk agama Islam yang sedang merantau untuk kembali ke kampung halamannya guna bersilaturahmi dengan orang tua dan atau keluarga.

Tak jauh beda dengan yang lain, tahun ini saya dan keluarga juga berkesempatan untuk mudik ke Lumajang, sebuah kota kecil sebelah timur gunung Semeru. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya yang biasanya berjalan baik, kemarin saya punya pengalaman menarik dari perjalanan mudik saya dan saya belajar untuk mengambil hikmah dari apa yang terjadi sore kemarin.

Dimulai setelah subuh kemarin, saya bertiga bersama dengan istri dan adik memulai perjalanan mudik dengan mengendarai mobil secara normal. Lalu lintas memang padat dan terjadi kemacetan di beberapa titik namun itu semua kita nikmati dengan hati gembira. Semuanya berjalan baik hingga suatu ketika saat sedang melaju melewati tol bekasi, perhatian saya dikejutkan oleh lampu indikator baterai di dashboard mobil menyala. Tentu saja saya terkejut karena seminggu sebelumnya saya sudah cek semua kondisi mobil di bengkel.

Secara pribadi, saya berusaha untuk menenangkan diri menghadapi situasi tersebut. Apalagi ternyata setelah sekian detik berlangsung akhirnya lampu indikator tersebut padam dengan sendirinya dan saya pun agak lega. Saya berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya karena saya cukup yakin dengan hasil servis mobil seminggu yang lalu.

Perjalanan kami pun berlanjut dengan normal hingga akhirnya ketika melintasi tol PALIKANCI lampu indikator baterai di dashboard kembali menyala dan terpaksa mengganggu pikiran saya. Lampu tersebut terus menyala hingga saya menyimpulkan bahwa memang ada masalah dengan sistem baterai mobil. Setengah bingung dan tetap berusaha berpikir tenang saya terus memaksakan mobil untuk terus berjalan.

Sekeluar dari tol, saya fokus untuk mencari bengkel atau tempat servis dinamo karena dugaan saya ada masalah di aki mobil atau di alternatornya. Setelah hampir satu jam, sekitar pukul 15.00 di daerah Brebes saya mendapati tempat servis dinamo masih buka dan meminta tolong untuk dicek strum aki dan alternatornya. Sesuai dugaan, ternyata alternator mobil bermasalah sementara strum aki masih cukup bagus.

Karena teknisi bengkel tersebut sudah pulang, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan akan menservis mobil di bengkel resmi di daerah Tegal. Singkat kata, saya pun sampai di bengkel resmi tersebut pukul 16.15. Sesampainya di bengkel saya diterima oleh seorang petugas satpam dan menyampaikan bahwa bengkel telah tutup sejak 15 menit yang lalu.

Saya berusaha menjelaskan bahwa kondisi mobil saya agak "kritis" dan kami sedang dalam perjalanan mudik. Sekian menit kami berbicara, petugas satpam tetap bersikukuh bahwa jam bengkel telah tutup dan tidak bisa menerima mobil lagi untuk diservis. Saya tetap berusaha dan memaksa agar tetap bisa dicek kondisi alternator mobil saya dan diperbaiki sebisa mungkin.

Setelah sekian menit berikutnya akhirnya petugas satpam tersebut melunak dan menyampaikan keluhan saya ke salah seorang service advisor. Pada waktu itu memang bengkel sudah mulai sepi dan hampir seluruh montirnya mulai pulang. Tak berapa lama kemudian datanglah seorang pria yang bernama Pak Arifin dan menanyakan keluhan mobil saya dengan ramah. Saya pun menjelaskan permasalahan yang ada.

Setelah menangkap penjelasan saya, Pak Arifin meminta salah saru montirnya yang mau pulang untuk kembali masuk ke dalam dan mengambil alat tes aki. Sesuai perkiraan, kerusakan mengarah ke bagian alternator mobil. Pak Arifin menjelaskan bahwa kemungkinan bagian yang rusak adalah carbonbrush nya atau IC nya. Untuk carbonbrush, Pak Arifin menjelaskan bahwa montirnya tidak bisa memperbaiki sendiri dan selama ini selalu dibawa ke tukang dinamo yang tak jauh dari situ.

Tanpa saya minta, pak Arifin meminta ke salah satu stafnya untuk segera pergi ke bengkel dinamo dimaksud untuk menanyakan apakah masih bisa terima servis atau tidak. Singkat kata orang tersebut pergi naik motor dan kembali beberapa menit kemudian dan menginformasikan bahwa servis dinamo sudah tutup dan buka lagi besok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline