Pelecehan seksual secara tekstual (ada yang bilang secara verbal) dilakukan seseorang pada Via Vallen, biduanita ranah musik dangdut yang lagi hits itu.
Di akun instagram penyanyi bersuara 'mendayu-basah-profesional' itu menampar satu dari 7 juta follower-nya yang mengomentari secara tidak senonoh foto Via Vallen dengan kalimat mesum berbahasa Inggris.
Via membalas komentar bernada mesum sang follower dengan cara mengapload 'screenshoot' komentar berbahasa asing tadi, yang sikap Via dikomentari oleh follower sekaligus hatters lainnya dengan sebutan "Lebay" atau berlebihan.
Sejak itu, hatters Via menjadi musuh bersama masyarakat. Sebab, aksi cyber harrashment sangat ditentang oleh masyarakat -- ini bisa jadi indikator masih kuat kontrol sosial kita -- dan terutama Komnas Perempuan, yang angkat suara atas kasus yang dialami Via Vallen.
Menurut Komnas Perempuan, seperti disinyalir oleh Komisioner Sri Nurherwati, kejadian yang menimpa Via termasuk pelecehan seksual berbasis siber. Dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual kejadian itu termasuk pelecehan seksual non fisik.
Sebagai pendatang di jagad dangdut jaman now, penyanyi bernama asli Maulidia Octavia ini berhasil menghipnotis penggemar dengan suaranya yang renyah-manja-mendayu saat melantunkan tembang Sayang berbahasa 0plosan Jawa itu.
Saya suka dengan cengkok suara Via Vallen, tanpa harus melihat penampilan fisiknya yang ternyata 'tidak mendukung'.
Mengapa penampilan Via saya katakan tidak mendukung sebagai penyanyi dangdut? Karena sejak beberapa tahun sebelumnya, wilayah panggung dangdut dijejali aksi goyang erotis para biduannya. Kehadiran Via merontokkan citra artis dangdut yang norak menjadi elegant.
Walaupun menyukai gaya dangdut Via Vallen, saya sesekali menengok grup Duo Serigala yang selalu tampil seronok. Apalagi kalau lihat video mereka "mendribble" dua mahkota kebesarannya di Youtube, duh, bikin jantungan. Takut, kalau benda itu tiba-tiba copot terlontar dari tempatnya.
Pamela Safitri dan Oza Kioza yang menjadi tokoh utama grup pelantun tembang Abang Goda (2014) memang dihadirkan sebagai duet dengan komoditas yang cukup mudah dikenali.
Sebagai konsumen, pendengar dan penonton dangdut hari ini, saya mengaku tidak konsisten dengan pilihan saya. Saya suka Via Vallen yang 'sopan' dan Duo Serigala yang juga sopan. Lho, kok sopan juga? Ya, selama tidak ada yang protes dengan tawaran genre "goyang dribble" (mengguncang buah dada) Safitri dan Oza Kioza, itu pertanda masih baik-baik saja.