Lihat ke Halaman Asli

teguh imam suryadi

Penikmat kopi gilingan sampai sachetan

Andaikan Soekarno jadi Menikahi Marilyn Monroe

Diperbarui: 26 Juni 2016   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Presiden Soekarno dan Marilyn Monroe yang dijadikan cover buku

Belum banyak yang terungkap dari foto Presiden Soekarno bebincang akrab dengan aktris Hollywood, Marilyn Monroe. Apakah mereka sedang membicarakan urusan negara atau pribadi, berapa lama mereka ngobrol, dan setelah itu apa yang terjadi?

Saat menghadiri peluncuran buku sejarah, hasil disertasi Profesor Tanete Pong Masak berjudul Sinema pada Masa Soekarno, di kampus FFTV-IKJ, Sabtu (25/6/2016) sambil menunggu berbuka puasa, pengamat film yang juga dosen FFTV-IKJ, Marselli Sumarno sedikit membuka tirai cerita foto yang 'mengguncangkan dunia' tersebut. 

Dikatakan oleh Marselli, perbincangan Soekarno dan Marilyn Monroe tersebut berlangsung selama empat jam. Setelah itu keduanya pun diam-diam menyelinap pergi. Berduaan saja. Hmm...

Buku yang kehadirannya dikaitkan dengan perayaan HUT ke-46 Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini menambah referensi baru sejarah perfilman Indonesia, terutama mengungkap banyak dinamika sinema Indonesia di masa kepemimpinan Presiden Soekarno.

Kembali ke soal foto diatas, profesor Tanete juga membuka sedikit cerita dibaliknya. Maka, sangatlah menarik, ketika dari cerita sampul buku itu ternyata agen rahasia Amerika, CIA sempat mencomblangi Soekarno dan Marilyn Monre agar keduanya pacaran dan kalau perlu sampai menikah. Upaya itu dilakukan saat hubungan negara Indonesia dan Amerika sedang berjarak.  Nahh..

Sayang sekali, rencana yang bagus itu -- kalau sampai kejadian keduanya menikah, bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan Indonesia, kan? Ya, sayangnya diplomasi asmara yang dilancarkan kedua negara tidak berlanjut.

sinema2-576fd6b0d67e615714dde1d3.jpg

Soekarno dan Marilyn Monroe

Foto sampul buku bergambar Presiden Soekarno dan Marilyn Monroe pada tahun 1956. Profesor Tanete Pong Mesak menjelaskan dengan serangkaian kalimat yang ditulisnya sebagai "keterangan foto" sebagai berikut:

Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Dia adalah pencinta film Amerika sejak dini. Dalam autobiografi Soekarno yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Soekarno, An Autobiography as told Cindy Adams. The Bopps and Merril Company Inc, New York, 1965, Alih Bhasa: Abdul Bar Halim, CV Mas Agung, cetakan ke-5  PT Air Agung Putra Jakarta, 1988), ketika masih anak-anak, umur 7 tahun, Soekarno sudah menjadi seorang sinefil film Amerika. Dia menonton antara lain, film-film Mary Pickford, Tom Mix, Eddy Polo, Fatty arbuckle, Beverly Baine, dan Francis X, Bushman.

Sebagai Presiden Indonesia, saat mengadakan kunjungan resmi yang pertama ke Amerika Serikat, secara khusus datang ke Hollywood. Dalam pidatonya, Soekarno memuji para pemimpin Hollywood. Dia menyebut mereka sebagai orang radikal dan revolusioner yang telah mempercepat perkembangan politik di Timur denan menonton film-film Amerika.

Orang Asia dan Afrika menyadari bahwa mereka tidak memiliki mobil, kulkas, dan alat-alat masak listrik; sebaliknya, hampir setiap keluarga Amerika seperti yang dipantulkan dalam film-film Hollywood.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline