Lihat ke Halaman Asli

Teguh Ananto

Tinggal di Bengkulu

Kabut

Diperbarui: 30 September 2015   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saat rembulan pucat bersanding mentari jingga
Seorang anak
Yang jari mungilnya menggenggam ujung kain ibunya
Bertanya
Bunda, ini pagi ataukah senja
Mengapa matahari membulat ungu
Tak membuat silau aku
Mengapa langit terlihat sayu
Namun tak ada hujan yang menetesi bungaku

        Sayangku
        Sang ibu berjongkok mengusap helai rambut di kening anaknya
        Tahukah kamu tentang Rahu
        Tentang raksasa Kala yang menelan rembulan mentari saat gerhana
        Dialah yang sekarang sedang merampas hangatnya mentari buatmu
        Dialah yang sekarang sedang menebar kabut yang menyesakkan paru parumu

        Dulu
        Rahu hanya menelan rembulan menelan mentari
        Namun kini Rahu pun ingin menelan bumi
        Ditebarnya asap
        pekat
        Menabir gelap antara bumi bulan mentari

Bunda
Mata mungil itu mengharap
Mengapa tak gunakan mantra
Mengapa tak gunakan kotekan lesung petani
Yang bunda dongengkan padaku dulu

Untuk mengusir Rahu

        Anakku
        Kini tak kuasa itu mantra
        Karena Rahulah pemilik mantra
        Tak pula Rahu takut
        Rentak lesung petani
        Karena lesung kini tak bertuah lagi

Mata bening mamandang sayu
Kalau mantra tak lagi kuasa
Kalau lesung tak lagi bertuah
Masih adakah yang mampu mengusir Rahu

Argamakmur, 30 September 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline