Timnas sepak bola Indonesia resmi tersingkir dalam ajang dua tahunan ASEAN Football Federation (AFF) yang diikuti sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara. Timnas asuhan Shin Tae Yong tak berdaya menghadapi lawan peringkat 96 dunia asuhan Park Hang Seo, timnas Vietnam. Timnas Indonesia menelan pil pahit dalam lanjutan leg kedua semifinal piala AFF 2022 yang dihelat di Hanoi, My Dinh Stadium, Senin (9/1/2023).
Kekalahan tersebut membuat Indonesia gagal melangkah ke final piala AFF 2022. Karena pada pertemuan pertama melawan Vietnam di Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung karno, Jumat (6/1/2023) kedua tim bermain imbang 0-0.
Kekalahan 2-0 tersebut memperpanjang catatan buruk prestasi Indonesia di level Asia Tenggara. Pasalnya Indonesia tak pernah sekalipun merasakan atmosfer juara walaupun enam kali menjadi runner up piala AFF. Padahal di gadang-gadang piala AFF 2022 adalah momentum timnas untuk menjadi juara sebab skuat Indonesia dihuni pemain-pemain ideal dan dilatih oleh pelatih top kelas dunia, belum lagi mendapatkan fasilitas super istimewa, contoh seperti hotel bintang lima sampai jet pribadi.
Naturalisasi sudah dicoba, pelatih kelas dunia juga sudah, banyak pemain Indonesia seperti Arhan Pratama, Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam, Sadil Ramdani, Egi Maulana meniti karir diluar negeri. Tentu saya sangat menghargai, sekali lagi sangat menghargai kerja keras mereka tapi nyatanya tidak merubah apapun.
Permasalahan timnas sangat kompleks sejak puluhan tahun lalu, setiap menelan kekalahan kalimat motivasi "belajar dari kekalahan" selalu memenuhi beranda media sosial pemain, pelatih sampai federasi, nyatanya memang tak pernah belajar. Belum lagi alasan-alasan klasik seperti, piala AFF tidak masuk dalam kalender FIFA buat apa ngotot juara. Aneh!
Lantas siapa yang paling pantas disalahkan? Apakah sepenuhnya salah pemain dan pelatih?
PSSI Biangkerok Bobroknya Prestasi Timnas Indonesia
Federasi, dalam hal ini adalah induk organisasi sepak bola Indonesia yaitu Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah yang paling bertanggungjawab atas bobokroknya prestasi Indonesia. Anehnya PSSI sejak puluhan tahun lalu tak pernah berbenah, ala kadarnya, gitu-gitu aja, sudah pasti yang menonjol tidak lain tidak bukan adalah kepentingan politik, kepentingan individu, kepentingan kelompok. Rasanya tidak ada niat baik PSSI untuk memajukan sepak bola Indonesia.
Fakta bahwa PSSI selalu dijadikan sebagai "batu loncatan" untuk kepentingan praktis tak bisa tebantahkan. Masih ingat siapa saja yang pernah menjabat sebagai ketua PSSI? Sebagian besar adalah kalangan non sipil. Sebut saja ketua PSSI hari ini adalah seorang berpangkat Komisaris Jendral Mochamad Iriawan alias Iwan Bule.
Sepertihalnya politisi, Iwan Bule penuh gimmick ditambah cakap dalam bermain media sosial, paket lengkap! tak jarang aksi genitnya mendapat atensi dari pecinta sepak bola tanah air. Misalnya saja saat perhelatan piala AFF 2020 lalu saat fotonya terpajang paling besar diantara foto para pemain timnas, belum lagi bejibun unggahan di akun Instagramnya yang memamerkan kedekatan dan perhatianya ke pemain timnas. Padahal bukan itu tugas ketua PSSI pak.
Ketua PSSI berlatar non sipil lainya adalah Edi Rahmayadi mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) TNI AD yang menajabat pada 2016-2019 lalu. Memang pada waktu itu publik merindukan sosok pemimpin PSSI berlatar militer, sebab orang-orang berlatar belakang sipil lebih tepatnya politisi sih macam Nurdin Halid maupun La Nyala Matalitti gagal total membawa PSSI ke arah yang lebih baik.