Lihat ke Halaman Asli

Teguh Adi

berpikirlah maka akan hidup

PAUD Sebagai Sarana Pembelajaran Disiplin

Diperbarui: 6 Oktober 2017   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sering kali kita sebagai Orang tua merasa iba untuk melepas anak kita untuk menjalani pendidikan di PAUD. Banyak alasan yang membuat kita merasa iba seperti misalnya kita harus kuat hati membangunkan buah hati kita yang biasa bangun pagi pukul 8.00 harus bangun lebih pagi belum lagi kita harus tega mengurangi jatah si anak untuk menonton acara kartun pagi kesukaannya untuk segera mandi, belum lagi setelah mandi ketika anak kita ingin memakai baju kesayangannya tapi mereka harus memakai seragam sekolah. Semua hal ini terasa sedikit merepotkan bagi kita sebagai orang tua karena terkadang kita merasa tidak tega namun hikmah yang  dapat kita ambil adalah dengan melakukan semua itu berarti kita menanamkan kedisiplinan kepada anak.

Hal yang terjadi di atas mungkin saja tidak terjadi bagi anak dari latar belakang keluarga menengah ke atas dimana jam sekolah mulai agak siang di atas jam sekolah normal belum lagi ada sebagian penyelenggara PAUD yang memang tidak mengadakan Seragam jadi anak2 datang dengan pakaian kesayangannya. Namun hal tersebut tentunya akan menciptakan pengalaman yang berbeda bagi anak dan orang tua dari segi kedisiplinan banyak hal yang dapat kita dapat yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kehidupan si anak dimasa yang akan datang.

Sejak usia dini kita harus membiasakan anak untuk hidup disiplin mengingat kehidupan dimasa yang akan datang sangat keras. Apabila kita sebagai orang tua tidak menanamkan disiplin sejak dini dengan alasan tidak tega, justru kita menjadi orang tua yang jahat dengan membiarkan anak-anak kita menjadi generasi manja sebagai mana generasi muda kita yang secara mentalitas menjadi mempunyai mentalitas "mlempem" layaknya krupuk.  Generasi muda kita kini lebih dikenal dengan generasi Y atau generasi milenial yang lahir antara tahun 1980-awal 2000an mereka memiliki ciri "selalu ingin coba-coba, kerja tidak pernah awet di satu tempat, terlalu peduli soal teknologi terbaru, tak merasa bersyukur, egosentris, individualisme yang sangat tinggi, dan gampang bosan. Secara politis, gen Y juga cenderung tak mau terlalu ambil pusing, meski mereka pada umumnya mempunyai toleransi yang tinggi." (https://www.femina.co.id/article/ciri-khas-gen-y-)

Salah satu ciri yang paling menonjol dari generasi Y adalah tidak pernah awet di satu tempat kerja, menurut saya munculnya ciri-ciri negatif generasi ini lebih kepada kurangnya semangat disiplin yang mereka miliki. Kurangnya semangat disiplin membuat mereka tidak awet di tempat kerja ketika mendapat tekanan dari atasan atau merasa tidak nyaman ditempat kerja maka mereka dengan mudah akan akan mengambil keputusan untuk keluar dan keputusan seperti itu seringkali mereka ambil tanpa berpikir panjang dan introspeksi diri.

Dengan demikian melihat pentingnya arti disiplin maka benar bahwa pendidikan anak usia dini dengan segala remeh temehnya merupakan sarana yang efektif guna menanamkan semangat disiplin semenjak usia dini. Mendidik anak bagaikan mengukir di atas batu, memang keras dan melelahkan tapi memang itu sangat dibutuhkan dan membekas seumur hidup si anak, untuk itu pendidikan disiplin anak juga harus dilakukan dengan cara-cara yang baik jangan sampai kemudian pendidikan disiplin yang memiliki tujuan baik justru membuat anak menjadi trauma dan berakibat buruk bagi perkembangan anak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline