Lihat ke Halaman Asli

Teguh Adi

berpikirlah maka akan hidup

Terima Kasih Malaysia...

Diperbarui: 24 Agustus 2017   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malaysia merupakan salah satu negara anggota ASEAN, berdasarkan letak geografis Malaysia bisa dikatakan sebagai negara tetangga terdekat Indonesia karena negara kita berbatasan langsung dengan negara Ipin Upin tersebut. Hubungan bilateral kedua negara telah banyak mengalami pasang surut sejak dia awal kemerdekaan dimana kita pernah mengalami hubungan yang sangat panas ketika Bung Karno memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia pada tahun 1963 lewat sebuah pidato yang bersejarah, berikut ini:

"Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu djuga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu

Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo...ayoo... kita... Ganjang...
Ganjang... Malaysia
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satu-satu!"

(Soekarno)

Selama masa konfrontasi Indonesia Malaysia tercatat 2000 tentara dari pihak Indonesia gugur dan 200 tentara Australia/Inggris juga tewas ketika membantu Malaysia bertahan dari serangan Indonesia yang merasa terinjak harga dirinya sejak meletusnya demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang menjadikan KBRI sebagai Sasaran dan berdampak pada pelecehan lambang negara dimana waktu itu Foto Presiden Soekarno di sobek-sobek dan Garuda Pancasila diinjak-injak.

Konfrontasi berakhir seiring berakhirnya kepemimpinan Bung Karno, maka pemulihan hubungan pun dilakukan dimana Malaysia banyak mengundang tenaga pengajar dari Indonesia untuk mengajar di Malaysia, dan itu menjadi awal banyaknya masuknya tenaga kerja dari Indonesia untuk bekerja di Malaysia. Selama kepemimpinan Presiden Soeharto boleh dikatakan Malaysia tidak berani banyak tingkah dengan Indonesia.

Paska Orde Baru kemudian banyak masalah yang ditimbulkan oleh negri jiran tersebut mulai dari kasus Sipadan dan Ligitan, kasus pencaplokan beberapa budaya kita yang di daftarkan dan di akuii sebagai milik negri jiran itu. Dari awal lengsernya Pak Harto sampai saat ini negri itu masih terus berulah puncaknya pada penyelenggaraan SEA GAMES 29 tahun 2017 di Malaysia. 

Malaysia selaku tuan rumah terkesan melecehkan Indonesia dimana dalam buku Panduan SEA GAMES, bendera Indonesia dicetak terbalik, saya mengatakan DICETAK bukan tercetak karena saya nilai ada unsur kesengajaan untuk melecehkan. Suatu hal yang mustahil jika pencetakan buku panduan yang akan di baca seluruh peserta acara tersebut tidak melalui proses editing atau controling yg ketat sampai-sampai bendera Indonesia yang hanya terderi dari dua warna bisa sampai terbalik, dan ternyata proses pelecehan juga tidak berhenti disitu karena dalam pelaksanaannya ternyata Indonesia juga merasa dicurangi oleh Malaysia pada beberapa cabang olah raga. Perasaan dicurangi, dipermainkan, dan dilecehkan ini kemudian membuat masyarakat Indonesia dari berbagai latarbelakang ikut merasa geram dan mengutuk apa yang dilakukan oleh Malaysia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline