Lihat ke Halaman Asli

Teguh Gw

Pernah menjadi guru

Menulis: Mengasah Nalar dan Rasa Bahasa

Diperbarui: 26 September 2023   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seorang gadis belia. Berkerudung putih, serupa warna bajunya. Menggendong tas mungil di punggungnya. Mengenakan rok merah panjang hingga menutup mata kakinya. Usai memakai sepatu, dia berpamitan kepada ibunya. Salim dan cium tangan. Sebelum berangkat, ibunya mengecup kening dan mencium kedua pipinya.

"Salam buat Bu Guru, ya, Sayang," pesan ibunda.

Sejurus kemudian, si gadis meninggalkan rumah bersama sepeda mininya.

Kalimat terakhir paragraf pertama saya tulis dengan huruf tebal. Pertanda ada sesuatu di sana. Dalam komunikasi lisan, kalimat seperti itu jamak kita temukan. Saya pun yakin, tidak ada pendengar yang mempersoalkan konstruksi kalimat itu. Pendengar memahami maksud penutur. Tidak terjadi miskomunikasi di antara kedua pihak.

Memang, ketika mendengar kalimat itu terucap, kita serta-merta memahami maksudnya: sebelum gadis itu berangkat, ibunya mengecup kening dan kedua pipi gadis itu (anaknya). Bukankah demikian?

Apakah tidak ada masalah pada kalimat tersebut? Untuk membedahnya, kita lepaskan kalimat tersebut dari konteksnya. Kita bayangkan, kalimat Sebelum berangkat, ibunya mengecup kening dan mencium kedua pipinya itu hadir (lisan atau tulisan) sendirian, tanpa kalimat-kalimat sebelum dan sesudahnya.

Sebelum berangkat, ibunya mengecup kening dan mencium kedua pipinya.

Siapa yang berangkat? Kecil sekali kemungkinannya pendengar/pembaca akan memahami bahwa yang berangkat bukan ibunya. Bahkan sah-sah saja bila pendengar/pembaca bertanya-tanya, "Kening dan pipi siapa yang dikecup dan dicium?"

Kesepahaman (siapa yang berangkat) dan ketidaksepahaman (kening dan pipi siapa) pendengar/pembaca terhadap kalimat tersebut berpangkal pada subjeknya. Kalimat itu sebenarnya majemuk, terdiri dari dua klausa: (1) sebelum ... (subjek) berangkat dan (2) ibunya mengecup kening dan mencium kedua pipinya. 

Kehadiran preposisi sebelum menunjukkan bahwa klausa (1) berfungsi sebagai keterangan waktu untuk klausa (2). Jadi, klausa (1) menjawab pertanyaan, "Kapan ibunya mengecup kening dan mencium kedua pipinya?" dengan keterangan waktu sebelum berangkat. Dapatkah disangkal bahwa yang berangkat adalah ibunya? 

Kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain, seperti kalimat yang sedang kita bedah ini, disebut kalimat majemuk bertingkat atau kalimat kompleks. Klausa yang menjadi bagian dari klausa yang lain biasanya berupa perluasan salah satu unsur kalimat. Pada kalimat yang sedang kita kupas, klausa (1) merupakan perluasan keterangan waktu. Klausa yang menjadi bagian dari klausa lain disebut klausa subordinatif atau anak kalimat. Sementara, klausa yang lainnya disebut klausa utama atau induk kalimat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline