Sudah menjadi wacana umum bahwa keberadaan pandemi Corona tidak hanya membawa dampak yang buruk dalam keberlangsungan kehidupan. Berbagai wacana dan spekulasi mengenai kehidupan baru pasca pandemi yang sejak hari ini telah banyak dipersiapkan oleh berbagai pihak dan spektrum bidang, termasuk pendidikan.
Berangkat dari landasan pandangan ilmuwan tersohor dunia -- pengarang Sapiens dan Homo Deus -- yakni Yuval Noah Harari, bahwa pandemi adalah portl dari sebuah peradaban -- kehidupan baru. Portal baru kehidupan yang dimaksud mengharuskan lahirnya berbagai perubahan-perubahan yang meletus secara cepat dan mengarah ke mata angin yang lebih baik dari sebelumnya.
Termasuk pendidikan, spektrum bagian terpenting dari sebuah peradaban masyarakat tersebut sedang mengalami revolusi dalam dirinya untuk menyesuaikan dan mempersiapkan diri menjalani kehidupan baru.
Revolusi-revolusi dalam tubuh pendidikan memaksa masyarakat untuk meninggalkan pendidikan dengan gaya lama yang sudah terlanjur nyaman dalam status quo.
Sebelum meletusnya pandemi corona, masyarakat luas mengimani gaya pendidikan konvensional dengan menggantungkan nyawa pendidikan pada keberadaan guru dan buku konvensional. Dua hal yang sampai saat ini belum pernah mampu berjabat tangan dengan inklusifisme keadaan sistem pendidikan Indonesia yang terhambat dengan kondisi geografis dan ketimpangan pembangunan.
Permasalahan yang dihasilkan dari rahim pendidikan konvensional yang selama ini terlihat adalah minimnya jumlah perpustakaan dan koleksinya, serta jumlah pengajar yang tidak merata menghambat proses jalannya pendidikan.
Ditambah ketakutan ketidaksiapan masyarakat dalam mencari metode baru serta ketiadaan kondisi yang mendesa untuk melangkah ke arah yang baru membuat pendidikan dengan gaya konvensional sejauh ini tidak kunjung melahirkan hasil yang efektif, bahkan dalam beberapa gerakan perubahan kebijakan termasuk kebijakan kurikulum yang baru masih menyematkan kondisi stagnan di tubuh sistem pendidikan.
Meletusnya pendemi corona ditambah arus perkembangan teknologi-informasi dalam bentuk distribusi jaringan seluler yang laju perkembangannya mengalahkan perkembangan jumlah dan kondisi perpustakaan membawa sistem pendidikan ke gerbang baru yang harus dicoba.
Melampui segala ketakutan keterbatasan, langkah awal mencoba menerapkan gaya yang sama sekali baru adalah pondasi paling minimal untuk memukul genderang revolusi pendidikan.
Tiga bulan lebih berdampingan dengan pandemi corona dan menajalni pendidikan dengan kebiasaan dan cara baru, pondasi-pondasi revolusi pendidikan mulai terlihat dan membawa arah yang positif.
Seperti, bergesernya pandangan para pelaku pendidikan dengan semakin akrabnya mencari literatur dan informasi pengetahuan berbasis digital literature, menjalani berbagai metode belajar baru dalam bentuk virtual methods, dan semakin beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi secara efektif. Sebuah langkah baik menuju peradaban baru.