Lihat ke Halaman Asli

Teguh Setiawan

Saya adalah seorang dosen di ATVI, instruktur dan juga aktif menulis di blog

Netralitas Media dalam Kontestasi Politik 2019

Diperbarui: 11 Januari 2019   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Matthew Kieran dalam Eriyanto (2002) bahwa "berita tidaklah dibentuk dalam ruang hampa, berita  diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu". Masih menurut Eriyanto bahwa peristiwa itu dimediasi sebuah kategori, interpretasi dan evaluasi atas realitas. Setiap peristiwa dapat dilihat dengan kacamata dan pandangan tertentu.

Gegap gempitanya suasana politik menjelang pilpres 2019 sudah ramai diberbagai media, baik media mainstream maupun media sosial. Hiruk pikuknya politik di tandai dengan kampanye, baik oleh tim petahana (Jokowi- Maruf Amin)  maupun tim lawan (Prabowo-Sandi). Masing masing kubu berusaha memanfaatkan berbagai media untuk menyuarakan visi dan misi politiknya.

Dalam menyemarakan pilpres ini, media baik cetak maupun elektronik tentunya punya peran yang sangat dominan.Media dituntut untuk bertanggung jawab atas informasi yang disebarkannya. Tak dapat dipungkiri bahwa pemberitaan di media punya pengaruh yang besar dalam mempengaruhi persepsi publik.

Bahkan menurut Malcom X kekuatan media sungguh sangat luar biasa,seperti dalam pernyataannya "the media's the most powerfull entity on earth. They have the power to make the innocent guilty and to make the guilty innocent, and that's power. Because they control the minds of the masses". Media menjadi kekuatan yang besar dalam menentukan persepsi atau cara pandang yang ada di masyarakat.

Sebuah pemberitaan dalam media secara tidak sadar akan mempengaruhi pola mikir masyarakat bahkan mampu menentukan apa yang baik dan apa yang buruk yang pada akhirnya berpengaruh luas terhadap stabilitas politik suatu negara.

Namun yang menjadi pertanyaan kemudian mampukah media memberitakan sesuai fakta fakta obyektif yang ada dan mampukan media menjaga independensinya dari berbagai kepentingan sehingga media mampu menjadi penyeimbang dan menyuarakan kepentingan masyarakat luas?

Media Independen VS Media Partisan

Bahwa proses politik memerlukan saluran dan media komunikasi agar proses dan aktifitas politik dapat menjadi konsunsi publik sekaligus dapat menjangkau khalayak dalam jumlah yang banyak. Karena tidak ada peristiwa politik terutama di era teknologi sekarang ini yang tidak melibatkan fungsi media massa (wahid 2011). Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa media memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat..

Namun dalam kenyataannya tidak semua media memberikan kontribusi yang positif bagi pendidikan politik di masyarakat, sehingga sekarang ini muncul apa yang dinamakan dengan media independen dan media partisan.

Media independen adalah media yang dalam kegiatan peliputan dan penulisan beritanya tidak melakukan keberpihakan kepada kelompok atau golongan tertentu. Pemberitaannya cenderung cover both side (dua sisi) dan mengakomodir pernyataan kedua kelompok yang berbeda. Sehingga masyarakat mendapat informasi yang benar.

Sebaliknya media partisan lebih mengedepankan pemberitaan sesuai kepentingan kelompok yang dibelanya, bahkan isi beritanya cenderung mengabaikan aspek jurnalistik. Jika menemukan kesalahan kelompok yang tidak sepaham makan akan diberitakan dengan bombastis. Sebaliknya jika kesalahan ada pada kelompoknya maka akan ditutup-tutupi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline