Deretan ornamen hiasan kota bertema angka 212 mulai menghiasi sudut-sudut kota pada kurun waktu terakhir ini.
Angka resmi itu dikeluarkan pemerintah setempat merujuk kepada catatan sejarah berdirinya sebuah kota.
Dalam situs bandung.go.id/ bahwa, angka sakral 212 itu mengurut ke belakang kepada bilangan tahun 1810 sebagai tahun yang menunjuk berdirinya Kota Bandung.
Tepatnya, 25 September 1810, berdasarkan Besluit (surat kelulusan) Bupati R.A. Wiranatakusumah II. Pada penanggalan itu, Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung sekaligus menetapkan Bupati R.A. Wiranatakusumah II sebagai pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.
"Hal ini berarti, selama belum ditemukan sumber lain yang menunjukan fakta lebih akurat mengenai berdirinya Kota Bandung, maka tanggal 25 September 1810 dapat dipertanggungjawakan validitasnya sebagai Hari Jadi Kota Bandung", tulis https://www.bandung.go.id dalam sebuah artikelnya.
Usia panjang yang dilalui kota berjuluk Kota Parahyangan menunjukan bagaimana keseriusan berbagai pihak dalam membangun serta menjaga eksistensi sebagai kota penting dan sah di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berdirinya sebuah kota, hingga bisa bertahan selama rstusan tahun lamanya ini, meniscayakan hadirnya peran serta warga yang padu setiap waktu.
Kota besar semacan Kota "Kembang", sarat akan tantangan persoalan sosial. Dibalik ke-"getiran"-an yang dapat dirasakan, ternyata kerja keras dan dukungan masyarakat mampu memandu kota ini keluar dari berbagai problema, romantika hingga sisi tragisnya.
Bayangkang saja, kota dengan jumlah penduduknya diatas dua setengah juta jiwa, pernah menjadi tempat penting peristiwa-peristiwa sejarah bangsa, lokasi dibesarkannya tokoh-tokoh perjuangan dan sebagai titik penting laju perubahan dunia, menambah deretan catatan mengesankan bagi anak cucu pendahulu kota bahkan siapa saja yang memiliki perhatian.