Cukup menantang tinggal di Kota Bandung itu. Seorang Ahli Geografi ternama dalam suatu diskusi di area Kemah Literasi Forum Taman Bacaan Masyarakat Jawa Barat di Bumi Perkemahan Kiara Payung Kabupaten Sumedang, T. Bachtiar, mengatakan bahwa Bandung hari ini masih erat kaitannya dengan kehidupan masa lalunya yaitu danau purba.
Perairan yang luas pada masanya, kemudian surut karena beberapa dinding danau jebol oleh suatu peristiwa alam semacam gempa bumi.
Saat surut, Danau Bandung Purba menyisakan daratan yang luas. Daratan dengan komposisi material yang beragam serta sisa endapan danau, menjadikan tanah Bandung menjadi labil.
Kondisi inilah yang membuat Bandung termasuk daerah yang rawan bencana.
Sangat disarankan bagi orang Bandung agar lebih berhati-hati saat menempati suatu bagian tertentu di daratan Bandung ini terutama tempat yang dinilai rawan.
Pelataran Bandung yang rata hari ini, juga termasuk endapan bekas letusan Gunung Sunda pada jutaan tahun lalu.
Endapan itu masih bertahan hingga saat ini dan jika saja gempa bumi terjadi, endapan material, terutama air tanah, akan terpacu keluar sehingga tanah bisa jadi amblas.
Bandung juga yang dulu tergenang sejumlah air dibagian permukaannya. Hal itu terabadikan dengan sejumlah nama tempat yang menggambarkan keadaan air, seperti situ, ranca, seke, dano, teluk, lengkong, bojong, beber, bantar, nambo, dan lain-lain.
Nama-nama tempat dari kata situ misalnya, Babakansitu, Cisitu, Situsaeur, Situbolang, dan lain-lain.
Lalu misalnya yang memakai nama bojong, misalnya ada Bobojong, Bojongasem, Bojongasih, Bojongawi, Bojong Soang dan lain-lain.