Lihat ke Halaman Asli

Problematika Sosial Budaya Pakaian di Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424168243492882199

[caption id="attachment_397632" align="aligncenter" width="540" caption="Ilustrasi jajaran lapak penjual pakaian bekas impor. (KONTAN)"][/caption]

Pemerintah mengimbau masyarakatnya untuk tidak memakai pakaian impor. Pakaian bekas impor berbahaya bagi kesehatan karena mengandung bakteri. Hasil uji laboratorium atas 25 sampel pakaian bekas berbagai ukuran dari Pasar Senen, Jakarta Pusat, ditemukan fakta seluruh pakaian bekas impor mengandung bakteri dan jamur

Ketentuan dari Kementerian Perdagangan masalah impor sudah diatur dalam nomor 54 tahun 2012 dan UU nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan tak memperbolehkan pakaian impor bekas masuk ke Indonesia.

“Dampaknya peraturan pemerintah yang melarang impor baju bekas ya, menjadikan produk-produk Indonesia berkembang,” papar pemilik usaha pembuatan kaos, Fransisco Kohan dalam obrolan santainya.

Ada pabrik di Indonesia yang bekerja sama dengan perusahaan pakaian dari luar negeri. Sebut saja, Wrangler. Wrangler mempunyai produk celana jeans yang terbuat di Indonesia. Perusahaan pakaian Indonesia sering memproduksi barang-barang yang berkualitas dengan brand luar negeri yang telah bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Ada jersey Arsenal dan Manchester United yang pembuatan jersey mereka di Boyolali.

“Kualitas pakaian di Indonesia memang terkenal di negara lain baik, sehingga mereka sering bekerja sama dengan perusahaan Indonesia,” papar Fransisco Kohan kembali.

Perusahaan tekstil terkenal di Indonesia adalah PT. Sri Rejeki Isman (Sritex) di Sukoharjo, Solo. Perusahaan tekstil tersebut telah membuat banyak baju militer untuk negara lain, misalnya Jerman, Inggris, dan Belanda. Seragam buatan Sritex menjadi standar seragam militer NATO.

“Oh ini kesempatan buat Indonesia untuk membuat brand sendiri, toh bahan-bahan baju kita juga bagus. Kesempatan emas ini untuk berkembangnya brand Indonesia berkembang,” papar mahasiswa yang mempunyai brand kaos SingSing, Arkha Rafael.

Menurut data Kementerian di dalam websitenya, fashion menyumbang 40% dari seluruh ekonomi kreatif di Indonesia. Karena itu, usaha fashion perlu didorong dan ditingkatkan. Apalagi dari 55,3 juta pelaku usaha kecil menengah (UKM), 10%-nya bergerak di bidang fashion dan meneruskan usaha orang tuanya.

Dengan peraturan dari Kementerian Perdagangan yang melarang impor barang bekas adalah kesempatan untuk industri brand pakaian Indonesia mendunia. Apalagi untuk masalah ekspor barang Indonesia yang kian dimudahkan persyaratan ekspornya. Mulai dari pakaian Indonesia mendunia, Indonesia bisa menjadi negara maju. Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak orang kreatif.

Orang Indonesia selalu berbangga menggunakan pakaian bekas asal Eropa. Seharusnya kita malu untuk menggunakan pakaian bekas orang Eropa dan berbanggalah menggunakan pakaian buatan Indonesia. Bangga dengan produk dalam negeri merupakan wujud mencintai negaranya. Dalam hal ini mari untuk membuat brand asal Indonesia bisa mendunia.

1423925726757414857




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline