Lihat ke Halaman Asli

tegarsianipar

"Si Vis Pacem, Para Bellum"

Kenapa Banyak Pengemis di Indonesia?

Diperbarui: 2 Januari 2024   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto pengemis muda yang sedang meminta-minta kepada pengunjung warkop sembari menggendong anaknya (Sumber : Dokumen Pribadi)

Waktu lagi ngopi santai di siang hari di salah satu warkop di kota saya, sambil menulis artikel tiba-tiba sesosok pengemis wanita masih muda mungkin usia sekitar 30 tahun sembari menggendong 1 anak balita nya dan menuntun 1 anak kecilnya ia mulai meminta-minta kepada orang-orang yang ada di warkop itu.

Timbullah pertanyaan di kepala saya, mengapa dia masih sehat dengan tubuh yang lengkap, masih muda juga mau mengemis-ngemis, apakah penghasilan dari mengemis lebih banyak dari pada orang yang bekerja sebagai buruh?

Disatu sisi saya juga berpikir apakah dengan tidak memberi pengemis yang meminta uang kita menjadi orang yang jahat atau amoral?

Disatu sisi timbul perasaan ingin memberi, tapi disatu sisi lain saya melihat bahwa dia masih sangat mumpuni untuk bekerja, umur masih muda, masih sehat, tubuh lengkap, kenapa harus meminta-minta?

Kadangkala saya berpikir 'enak saja dia meminta-minta, sementara ada yang lebih tua dari pada dia saja, lebih parah kehidupannya, masih mau narik becak sampai hujan-hujan, ada yang jualan sayur keliling, ada yang mengamen, ya setidaknya ada seni nya.'

Namun kita jadi gampang kasihan karena mereka sering membawa anak-anak kecil yang tidak seharusnya ikut dalam upaya minta-minta itu.

Saya heran apa yang membuat mereka mau melakukan tindakan semacam itu, saya kesal karena anak kecilnya dibawa-bawa supaya orang gampang kasihan.

Saya harap suatu saat ada lembaga negara yang benar-benar aktif turun kelapangan untuk mengurusi hal semacam ini , karena mental orang-orang di negara kita jadi akan rusak, jika terbiasa untuk megemis-ngemis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline