"Rani, kenapa sih kamu mau pergi menyendiri?, aku bosan dengan dunia tanpa mu, lantas kau tetap putuskan pergi?, sekalipun itu menyiksaku?, kau bilang kau cinta padaku? nyatanya apa!"
"Tapi kau tadi sudah setuju arga, kenapa kau pertanyakan lagi hal yang sudah kau setujui?. Iya memang sudah ku setujui karena dirimu terus mengulang-ulang keinginan itu sekalipun diawal tidak kusetujui, tampaknya kau memang ingin agar semua ini menghilang ya?"
"Tidak bukan seperti itu arga, tadi kan kita sudah sepakat untuk saling berjauhan terlebih dahulu, tolong kamu bersikap dewasalah."
"Oke rani, kalau begitu pilih saja kebahagian mu, jalankan lah itu, kau tanggung akibat nya jika ini semua berujung kekacauan, karena aku tahu arah semua hal-hal seperti ini, hanyalah kehampaan, kekosongan dan hanyalah penghancuran yang sudah pernah dibangun."
"Yasudahlah, terserah mu saja arga, yang penting tadi kita sepakat, aku mau sendiri dulu dan kamu jangan ganggu-ganggu aku lagi."
"Yasudahlah terserah mu saja rani."
Begitulah malam yang disertai hujan deras dan percakapan penuh kekesalan, amarah, pemikiran, logika, dan perasaan yang membingungkan antara aku bersama rani. Pikirku yasudahlah kalau memang itu keputusan yang membuat dia bahagia, terserah dia saja, toh juga dibilang tidak mau itu akan menyiksa keduanya, tidak ada guna memang semua ini, hanya membuat unhappines saja. Hahh, pusing terserah dia sajalah, lebih baik aku lanjut menulis saja, namun ketika mau menulis pun sudah pusing diluan, jadi tidak semangat lagi dan ngasal juga, terserah dia sajalah, biarkan sepala hancur, hancur saja semua ini
Dia juga tahu bahwa pembatasan terhadap ruang dan waktu hanya membuat satu dengan yang lainya semakin asing, dan berpotensi untuk kehancuran-kehancuran yang berpotensi pada setiap hubungan yang harus menghadapi masalah demikian.
Sungguh kesal tak berujung, semua hal baru saja indah, namun seketika buruk dan hancur lagi, begitulah dia, sesukanya saja membolak-balikan perasaan orang tanpa dia tahu akibat nya apa pada kehidupan orang tersebut.
Aku juga bodoh, menyangkutkan terlalu dalam perasaan kepada rani, yasudahlah pusing juga memikirkanya terus, sepertinya aku harus pulang ke medan untuk mencari ketenangan dengan bertemu dengan keluarga dan sahabat-sahabat ku, walau aku tahu mereka hanyalah jenis kekosongan yang lainya.