Lihat ke Halaman Asli

tegarsianipar

"Si Vis Pacem, Para Bellum"

Kesedihan yang Dalam

Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto penulis sedang membaca puisi di hutan Gunung Sibuatan (Dok.pribadi)

Sedih melihat apa yang terjadi hari ini
Bagaimana kita mencoba saling melupakan
Angin selalu terasa begitu asing, Pada hujan yang datang dari utara
Getaran tak ada lagi terasa, sama seperti mati rasa
Yang tinggal hanyalah nada lagu jazz itu diujung telinga
Aku bangun dan hidup dalam kematian
Kematian yang tak bisa didefinisikan
Detik arloji terus berdetak, Membuatku terus menghitung waktu
Dimana sampai saat itu aku juga tidak tahu bagaimana menilai diriku
Awan yang memayungi ku dari atmosfer selalu melukiskan wajah mu
Entah itu romantis atau sedih aku tak bisa mengartikan
Mau tidak mau sebagian jiwaku tumbuh bersamamu
Seperti akar pohon yang mengakar dalam ke tanah
Begitupula cintaku yang tak mudah saja dicabut lalu dibuang
Mengatakan itu mudah dan ya, artinya membohongi diri
Hujan tak pernah mengerti kenapa dia harus turun, bumi basah hanya akibat dari proses alam
Kau menyejukanku dengan embun mu, yang pada akhirnya menyiksa ku lagi dengan terik matahari
Sudahlah tak apa, siksaan mu membuat tulang ku semakin kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline