"Kemuliaan datang dari orang yang mau melawan takdir" mungkin kalimat dari orang bijak tersebutlah yang pertama kali muncul di benak saya ketika memikirkan sosok Eka Tjipta Widjaja.
Mempelajari sejenak perjalanan kisah hidup beliau, Tentu saja membuat api semangat anak muda menjadi berkobar-kobar, Apalagi mereka yang memimpikan dirinya ingin menjadi pengusaha yang sukses suatu saat nanti tentunya harus belajar banyak dari perjalanan hidup pak Eka Tjipta Widjaja.
Dalam hal memperingati 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja, Tampaknya kita harus sedikit kembali kebelakang melihat masa dimana beliau berjuang untuk hidup yang ditempuhnya.
Eka Tjipta Widjaja lahir Pada tanggal 27 Februari 1921 di Quanzhou, Tiongkok. Beliau lahir dalam kondisi keluarga yang miskin ayahnya adalah pedagang di makassar.
Pada saat usia nya baru 9 Tahun beliau bersama ibunya memutuskan untuk berangkat menyusul ayahnya ke makassar dengan menaiki kapal yang memakan waktu perjalanan 7 hari 7 malam, berangkatlah mereka dengan hanya bermodalkan $5.
Sesampainya di makassar Eka Tjipta Widjaja bekerja membantu ayahnya berjualan di toko yang kecil, Eka Tjipta Widjaja sempat bersekolah namun hanya sampai lulus Sekolah Dasar, Beliau tidak dapat melanjutkan pendidikan nya karena kondisi pada saat itu sedang susah.
Namun disinilah akar pelajaran pertama akan kita mulai, Didalam kondisi yang serba kesulitan itu, Eka Tjipta Widjaja tidak menyerah. Karena tidak sekolah lagi dirinya memutuskan untuk berjualan biskuit, permen dan aneka jajanan lainnya dari toko ayahnya dengan menggunakan sepeda.
Pada saat Usianya 15 Tahun, Eka Tjipta Widjaja mencari pemasok kembang gula dan biskuit untuk berbisnis dibidang tersebut, Bisnis nya pun berkembang, Dalam kurun waktu 2 bulan ia bisa meraup keuntungan 20 rupiah yang digunakannya untuk membeli becak.
Lagi-lagi Eka Tjipta Widjaja memberikan pelajaran berharga dalam kisahnya, pelajaran yang bisa kita petik adalah saat usaha nya berkembang dan mendapatkan keuntungan dia menggunakan keuntungan tersebut untuk membeli becak yang tentu saja ini akan menjadi aset untuk mengembangkan usahanya.
Beliau tidak cepat puas dan langsung menghabiskan keuntungannya untuk membeli hal-hal yang hanya sekedar untuk senang-senang, namun dia memikirkan bagaimana keuntungan tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan membeli barang yang bisa digunakan untuk mengembangkan usahanya.