Sudah satu minggu ini kelopak mata saya bengkak. Rasanya gatal, nyeri dan kelopak mata terasa berat. Orang-orang mungkin lebih mengenal apa yang terjadi pada kelopak mata saya dengan "bintitan".
Sebagian orang percaya penyebab bintitan tersebut disebabkan karena orang "mengintip". Walaupun cuma mitos belaka, kondisi mata saya yang bintitan sukses dijadikan bahan ledekan oleh teman-teman kantor.
Memang bintitan ini bukan pertama kali saya alami. Dulu waktu saya kecil saya pernah juga mengalami bintitan. Mungkin sekitar umur 7 atau 8 tahun. Rasanya ketika dewasa hampir tidak pernah saya mengalami bintitan. Ketika dulu waktu kecil bintitan rasanya tidak perlu diobati dan bisa sembuh dengan sendirinya.
Karena pengalaman masa kecil dan masih belum mengganggu, saya menganggap bintitan tersebut tidak perlu terlalu diperhatikan. Memang mengganggu secara estetika, namun saya masih bisa bekerja seperti biasanya. Masih naik transportasi umum dan masih pergi ke kantor.
Sampai hari keempat kondisi kelopak mata yang membengkak tersebut saya biarkan. Apalagi di hari keempat bengkak di kelopak mata saya berangsur berkurang. Dan bengkak di kelopak mata sudah pecah, mengeluarkan sedikit cairan.
Namun di hari ketujuh, kelopak mata saya kembali membengkak. Yang kedua ini rasanya sangat gatal dan bengkaknya hampir menutupi bola mata.
Karena sudah mengganggu, ditambah komunikasi Whatsapp saya dengan salah satu pemiliki klinik mata di Tebet. Beliau bilang, memang beberapa "bintitan" itu muncul dan hilang dengan sendirinya. Namun beberapa harus dilakukan tindakan "insisi". Insisi adalah pembedahan kecil.
Di hari kedelapan saya memutuskan untuk konsultasi ke dokter spesialis mata. Saya "googling" beberapa dokter spesialis mata yang praktek di sekitar BSD dan Tangerang.
Ada beberapa pilihan Rumah sakit yang bisa saya jadikan alternatif. Setelah berdiskusi dengan istri, pilihan saya adalah rumah sakit Siloam Lippo Karawaci.
Di rumah sakit Siloam Lippo Karawaci ini saya membuat janji konsultasi dengan dr. Endang M Johani, SpM. Saya belum pernah sama sekali berkonsultasi dengan dr. Endang M Johani, SpM sebelumnya. Pengalaman bintitan inilah yang membawa saya pertama kali bertemu dokter Endang.
Kesan pertama bertemu dokter Endang, saya merasa dokter ini "Ibu" banget. Sedikit berlogat jawa, dan kadang bahasa jawa sederhana keluar dalam pembicaraan konsultasi kami.