Batik merupakan salah satu hasil budaya yang dimiliki Indonesia. Sebuah warisan budaya yang telah membawa nama Indonesia dikenal luas hingga mancanegara. Batik memiliki beragam pola dan warna yang menjadi ciri khasnya serta memiliki beberapa cara dalam pembuatannya. Salah satunya adalah batik tulis yang mana adalah jenis batik yang dipilih oleh teman-teman difabel di Sriekandi Patra dalam membuat karya batik khas mereka.
Sanggar Batik Sriekandi Patra sendiri merupakan sanggar batik difabel yang terletak di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Sanggar ini menjadi salah satu dari tiga mitra yang menjadi fokus program KKN Tematik Undip 2022 yang mengambil tema "Potensi Unggulan Desa" di Desa Tawangsari. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan diskusi bersama Afiarta Akbar Alfiyansyah selaku CDO Pertamina yang membina Sriekandi Patra, diketahui bahwa yang dibutuhkan Sriekandi Patra saat ini adalah kegiatan branding yang dapat membangun citra dan menarik lebih banyak perhatian target pasar. Maka untuk mewujudkan hal tersebut, Tim KKN-T Undip mitra Sriekandi Patra yang beranggotakan lima mahasiswa dari berbagai lintas disiplin keilmuan mengadakan Kegiatan Pameran dan Lokakarya Batik Tulis Sriekandi Patra.
Kegiatan Pameran dan Lokakarya Batik Tulis Sriekandi Patra diselenggarakan pada Sabtu 10 Desember 2022. Diadakannya kegiatan ini juga dalam rangka untuk memperingati hari disabilitas internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember. Seperti yang diketahui bahwa Sanggar Batik Sriekandi Patra merupakan sanggar batik yang beranggotakan para penyandang disabilitas. Maka sejalan dengan semangat peringatan tersebut Sriekandi Patra ingin turut menyuarakan bahwa penyandang disabilitas juga mampu berkarya dan tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kegiatan yang dibuka untuk umum ini berlokasi di Sanggar Batik Sriekandi Patra sendiri, tepatnya di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Kebanyakan pengunjung yang hadir merupakan warga Teras dan sisanya berasal dari sekitar Solo raya. Kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Camat Teras Bapak Drs. Joko Suseno, Dinas Sosial Kabupaten Boyolali, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Boyolali, dan beberapa perwakilan dinas setempat lainnya. Sebagian pengunjung adalah masyarakat yang sebelumnya telah mengetahui Sriekandi Patra secara sepintas dan ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Namun tidak sedikit pula yang sebelumnya belum pernah mendengar dan baru mengetahui Sriekandi Patra semenjak mengikuti kegiatan. Informasi mengenai kegiatan pameran dan lokakarya ini memang telah disebarkan berhari-hari sebelumnya, baik melalui media digital maupun konvensional. Muhammad Hakim Dwy Putra Kandiastanto dari jurusan Sastra Indonesia, ketua sekaligus yang menangani bidang promosi kegiatan telah membuat brosur kegiatan dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Penggunaan media sosial tidak lupa juga turut diikutsertakan dalam kegiatan promosi ini.
Dengan mengusung konsep acara "keleluasaan", pengunjung yang datang langsung dapat menuju segmen-segmen kegiatan yang mereka inginkan secara leluasa tanpa harus terikat pada jadwal acara. Segmen satu berisi pameran produk unggulan Sriekandi Patra. Di ruang pameran ini pengunjung disuguhkan dengan aneka produk batik tulis Sriekandi Patra mulai dari kain batik, kemeja batik, totebag, pouch, sarung bantal batik, dan masih banyak lagi. Jika sebelumnya masyarakat biasa melihat produk Sriekandi Patra melalui media sosial, kini mereka dapat melihat secara langsung, menyentuh, dan bertanya-tanya mengenai proses pembuatan dan harga produk batik tulis Sriekandi Patra yang ditampilkan kepada Vania Adi Almahasna yang berasal dari jurusan Administrasi Bisnis selaku pemandu pameran.
Di Segmen dua pengunjung bisa lebih dekat lagi dengan Sriekandi Patra dengan menyelami keseharian teman-teman difabel melalui konten-konten yang dibuat oleh mahasiswa KKN-T Undip. Nadya Dwi Anggraini misalnya, mahasiswa dari jurusan Antropologi Sosial ini membuat etnofotografi yang ditampilkan pada sisi pameran foto. Dengan adanya etnofotografi ini pengunjung dapat lebih mengenali sosok-sosok di Sriekandi Patra. Lalu pengunjung dapat menyaksikan kegiatan kawan-kawan difabel ketika sedang mencanting sehari-hari melalui video dokumentasi yang dibuat oleh Tegar Sanjaya mahasiswa Sastra Indonesia yang ditampilkan di ruangan yang sama. Selain itu pengunjung juga mendapatkan informasi seputar profil sanggar melalui majalah yang dibuat oleh Salsabilla Risna Azzahra yang berasal dari Ilmu Perpustakaan. Bahkan ada salah satu pengunjung yang sangat tertarik dan meminta majalah tersebut untuk dibawa pulang.
Dipandu oleh Bu Patimah selaku ketua relawan pengurus sanggar yang dibantu mahasiswa KKN-T Undip, di segmen tiga pengunjung merasakan langsung sensasi membuat batik tulis. Segmen tiga merupakan kegiatan lokakarya yang difokuskan pada tahap yang paling utama dalam pembuatan batik tulis yaitu mencanting. Kegiatan mencanting dalam lokakarya ini terbilang mudah dan praktis karena panitia sudah menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk mencanting. Pengunjung mencanting pada kain primisima berukuran 35 cm x 35 cm yang sudah diberi pola yang beragam sesuai kerumitannya masing-masing, sehingga pengunjung dapat memilih pola yang mereka inginkan. Kawan-kawan difabel Sriekandi Patra juga turut menemani pengunjung yang mencanting pada segmen tersebut. Ketika kegiatan mencanting berlangsung terlihat pengunjung tampak asyik mencanting sambil bertanya-tanya dan bersendau gurau dengan kawan-kawan difabel. Hasil cantingan diperbolehkan untuk dibawa pulang oleh pengunjung sebagai oleh-oleh kegiatan. Di Segmen empat atau segmen dokumentasi pengunjung berfoto di sekitar sanggar bersama teman-teman disabilitas, relawan Sriekandi Patra, mahasiswa KKN-T Undip. Disediakan pula photobooth yang nantinya hasil foto dapat dibagikan di media sosial atau dijadikan koleksi pribadi.
Tujuan dari diadakannya kegiatan ini sejalan dengan kebutuhan Sriekandi Patra di awal, yaitu sebagai upaya pemasaran UMKM Sriekandi Patra dan sarana branding dengan memperkenalkan Sriekandi Patra kepada publik secara lebih dekat dan mendalam. Suatu hal yang perlu diketahui publik adalah bahwa Sriekandi Patra merupakan lembaga pemberdayaan kaum disabilitas yang memiliki segudang cerita yang menginspirasi. Cerita-cerita inilah yang ingin dibagikan kepada publik melalui kegiatan ini. Dengan begitu diharapkan setelah ini publik dapat memandang Sriekandi Patra bukan sekadar tempat produksi batik biasa melainkan rumah pemberdayaan yang kaya akan nilai.
Selain itu, kegiatan ini juga memiliki misi untuk memperkenalkan dan mengajarkan batik tulis kepada pengunjung. Sebagaimana yang diketahui bahwa batik adalah warisan nenek moyang yang harus dilestarikan generasi penerus. Terlebih batik tulis yang mulai ditinggalkan karena prosesnya yang rumit dan memiliki banyak tahapan. Diharapkan kegiatan ini tidak hanya dilakukan sekali ketika masa KKN ini saja. Setelah mempunyai pengalaman dalam menyelenggarakan kegiatan pameran dan lokakarya, relawan pengurus Sriekandi Patra diharapkan dapat menyelenggarakan kegiatan sejenis di tahun-tahun berikutnya.