Pagi tadi aku berbicara tentang pendidikan dengan orang-orang tua yang menjengkelkan. Dia menyatakan bahwa uang sekolah tinggi adalah suatu keharusan atau prasyarat untuk mempertahankan mutu pendidikan. Aku membantahnya dari sudut aspirasi murid.
Falsafah pendidikan nasional menegaskan bahwa tidak seorang pun dapat ditolak untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi atas alasan-alasan apapun termasuk alasan material, ya karena miskin misalnya. Hal itu nantinya akan menimbulkan sekat-sekat yang tebal antara sekolah-sekolah untuk orang kaya dan yang miskin. Hal ini ibarat seperti situasi penjajahan pada zaman dahulu, yang mana pakaian Jaz itu hanya layak dipakai bagi mereka para kolonial, sedangkan orang biasa tak layak memakainya, karena mereka (para kolonial) menganggap rakyat biasa tak lebih daripada monyet, sehingga dirasa tak layak memakai pakaian itu. Kurang lebih seperti itulah gambaran kondisi pendidikan sekarang.
Memang benar kata Soe, "Apakah yang lebih tidak adil selain daripada mendidik sebagian kecil anak-anak orang kaya & membiarkan sebagian besar rakyat miskin tetap bodoh?"
Jika alasannya memang terhadap mutunya, maka turunkan sedikit mutunya jika perlu supaya terjadi pendidikan yang merata.
Kami juga tau yang dimaksud mutu disini bukan mutu SDM nya melainkan mutu SDA nya seperti bangunan dan gedung-gedung yang tinggi itu, yang membuat sebagian anak didiknya bangga dengan itu, sehingga timbul konsep pragmatis kalau tidak sekolah di sekolahan ternama mereka merasa kecil hati. Lalu Mereka berlomba-lomba menjadi besar dengan nama sekolahnya, bukan menjadikan sekolahnya besar dengan namanya sendiri.
Seharusnya mindset yang seperti itu harus diperbaiki dari setiap anak didiknya kalau memang hendak meningkatkan mutu. Jika memang ingin memperhatikan mutu, perhatikan mutu SDM nya dulu, baru SDA nya. Sehingga institusi pendidikan nantinya dapat melahirkan suatu generasi yang bagus kualitas mutunya baik dari segi moral maupun intelektual.
Ini sebetulnya bukan curhat, jadi anggap saja angin lewat.
Wallahu a'lam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H