Lihat ke Halaman Asli

Tegar Agustian

Mahasiswa STEI Bina Muda Bandung

Membeli Bahagia

Diperbarui: 18 Maret 2021   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja belum sempurna.

Aku bergegas menuju pelataran bersama sisa-sisa bahagia yang terkumpul. Bersemangat,meski terlihat sangat dipaksakan. 

Hari ini, aku punya rencana besar. 

Aku akan membeli sesuatu yang aku anggap telah membuat banyak orang bahagia.

Serius aku memilih, sambil berusaha mengabaikan gelisah yang menyelinap tiba-tiba. 

Mengabaikan beberapa dialog hati yang mempertanyakan keputusan itu. Sekian waktu aku memilih sesuatu itu, akhirnya aku benar-benar membelinya. Tak ada yang benar-benar tahu alasan sebenarnya,

aku membeli sesuatu itu untuk apa.

"Membeli bahagia!"

Ya, aku berusaha membeli bahagia. Itulah alasan halus yang tersembunyi sangat dalam. Aku lupa bila bahagia tak bisa aku beli dengan barang mewah atau dengan sesuatu yang membuat orang lain bahagia.

Takakan pernah bisa aku membelinya. Bahagia hanya ada pada hati yang menunduk pada-Nya, yang merelakan Dia menjadi satu-satunya yang mengatur detak nadi dan langkah kaki.

Diheningnya malam dan hati yang masih bertanya-tanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline