Lihat ke Halaman Asli

Ospek di Masaku dan Ospek Harapanku

Diperbarui: 13 September 2018   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suaramahasiswa.info

Masa ospek terakhir yang pernah aku rasakan itu 15 (lima belas) tahun lalu, di semester pertama memasuki kampus. Sejak SMU, ospek menjadi satu hal yang paling kubenci. Hal ini muncul bukan tanpa alasan, tapi karena aku melihat kejadian-kejadian ospek yang tidak memberikan nilai positif bagi yang sedang mengikutinya. Walaupun sebenarnya, banyak orang yang bilang, ospek itu sangat penting dan memberikan kesan yang sangat mendalam yang dapat dinikmati. Tapi tidak buat saya.

Ospek Kampusku

Tiga hari pertama di awal masuk kampus menjadi agenda bagi kampus untuk melakukan orientasi mahasiswa baru, alias ospek. Persiapan ospek pun banyak, mulai dari aturan rambut, berpakaian dan barang-barang lain yang harus disiapkan para mahasiswa baru. Sampai sini tidak ada masalah. 

Hari pertama berjalan dengan baik. Di hari kedua, satu kejadian "tragis" menimpa salah satu mahasiswa baru yang sedang diospek seniornya. "Katanya", seorang dekan melihat seorang senior melilitkan tali pinggang ke leher mahasiswa tersebut seperti sedang "mencekiknya", di sisi lain sang senior mengaku hanya menjadikannya sebuah dasi buat si junior baru. Akhirnya ospek pun dibubarkan, tidak jadi selesai dalam 3 hari.

Ternyata "kehausan" senior tidak sampai di situ. Di minggu berikutnya, kami dikumpulkan di kelas dan diumumkan bahwa ospek akan berlanjut selama 1 bulan ke depan. 

Setiap pulang kuliah, seluruh mahasiswa baru harus kembali berkumpul di halaman belakang kampus. Sungguh menyebalkan mendengarkan ocehan pengumuman tersebut. Ingin kabur saja saat itu. Ku putar otak ini untuk mencari cara bagaimana menghindari ospek ini. Ini sudah bersifat ilegal. 

Hari pertama mengikuti ospek ilegal ini kulalui dengan bersungut-sungut. Kami disuruh mencari ikan gobi di parit-parit yang ada. Sebagian disuruh berguling-guling di lapangan rumput, sedangkan mahasiswi cantik diinterograsi oleh para senior pria. Hal ini berlangsung sampai sore.

Hari kedua, kucoba satu trik. Sebelum memasuki kelas kedua, tas kusimpan di dalam mobil, dan aku hanya membawa selembar kertas dan sebuah pulpen. Kelas kedua pun berlangsung, dan sebelum itu berakhir, para senior sudah berkumpul di depan pintu. Aku izin ke kamar mandi dan langsung menuju ke mobil untuk pulang. Trik ini hanya berhasil dua kali saja.

Di hari selanjutnya, ketika ospek berlangsung, aku pun pura-pura sakit. Senior percaya, dan membawaku ke ruang untuk beristirahat. Alhasil sejak saat itu, aku benar-benar kena demam. Aduh, sejak saat itu hingga sekarang, aku tak berani pura-pura sakit, takut benaran sakit seperti pada saat itu. Ternyata kegiatan ospek ilegal ini ketahuan sampai ke rektor kampus. Beberapa senior dipanggil untuk mempertanggungjawabkan kegiatan tersebut. 

Senior lain yang tidak dipanggil, meminta kami berkumpul di pendopo kampus. Sepanjang perjalanan dari ruang kuliah ke pendopo memakan waktu 15 menit jalan kaki. Selama perjalanan tersebut, kami sepakat untuk melawan senior kami terhadap ilegalitas ospek yang sedang terjadi. Semua dengan semangat menyatukan suara untuk menentang.

Akhirnya kami (para mahasiswa baru) tiba di pendopo. Di situ para senior sudah berkumpul. Dimulailah acara marah-marah karena sepertinya ada indikasi bahwa kami yang melaporkan hal tersebut. Semuanya tertunduk diam. Sampai satu saat, senior bertanya, "Apakah ada  yang merasa dirugikan selama diospek?" Tak satupun suara yang keluar. Sekali lagi tertunduk diam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline