Lihat ke Halaman Asli

Pensiunan Pertamina Akan Tolak Dwi Soetjipto Jadi Dirut Pertamina

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pensiunan Pertamina Akan Tolak Dwi Soetjipto Jadi Dirut Pertamina

Jakarta, 28 November 2014.

Setelah Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jangan memilih Direktur Utama PT Pertamina (Persero) dari dinasti mantan dirut Ari H Soemarno (2006-2009) seperti Ahmad Faisal, Ferederick Siahaan ST dan Widyawan Prawira Atmaja. Munculnya nama Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk. Dwi Soetjipto untuk jabatan Dirut Pertamina, kembali organisasi pensiunan Pertamina ini bereaksi dan akan menolak total nama tersebut untuk jabatan Dirut Pertamina.

“Jika pilihan Bapak Presiden Jokowi untuk Dirut Pertamina bernama Bapak Dwi Soetjipto, yang Dirut Semen Indonesia. Dengan tegas, kami dari eSPeKaPe, akan menolak total, bila perlu turun demo sebagai bentuk atas penolakan tersebut. Biar sudah pada tua, demi Pertamina, untuk aksi unjuk rasa menolak Pak Soetjipto jadi Dirut Pertamina masih punya semangat”, kata Ketua Umum eSPeKaPe Binsar Effendi Hutabarat, yang akan memasuki usia 67 tahun, dalam siarannya kepada pers (28/11/2014).

Sebagaimana kita ketahui, Soetjipto itu bergabung dengan Semen Padang pada 1981 dan menjabat Kepala Departemen Litbang Semen Padang (1990-1995), Direktur Litbang Semen Padang (1995-2003), dan Direktur Utama Semen Padang (2003-2005). Soetjipto juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Igasar (1998-2003). Koordinator Bidang Diklat dari Institut Semen dan Beton Indonesia (2000-sekarang), dan Dirut Semen Indonesia sejak 2013 sampai 2015.

Soetjipto meraih gelar Doktor Bidang Ekonomi dari UI, Magister Manajemen dari Universitas Andalas, dan Sarjana Teknik Kimia dari ITS. Selain itu Dirut Semen Indonesia ini berlatar belakang Akuntan, sama seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi.

“Akan menjadi berantakan untuk Pertamina bisa mencapai target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2014dalam koordinasi, sinergi dan kolaborasi antar anak perusahaan yang menekankan agar seluruh anak perusahaan bisa membiasakan diri untuk bekerja secara teamwork, dan memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai target yang telah ditetapkan”, tandas Binsar Effendi yang juga Wakil Ketua Umum FKB KAPPI Angkatan 1966..

Apalagi menurut Ketua Umum eSPeKaPe, RKAP 2014 yang ditargetkan Pertamina adalah 491 MBOEPD, dimana untuk minyak sebesar 221 MBOPD dan gas 1.568 MMSCFD, setelah realisasi pencapaian produksi migas Pertamina 2013 se­besar 460,6 MBOEPD, tentu sangat membutuhkan kerja keras. “Tidak bisa perusahaan BUMN sekaliber Pertamina yang bertekad meraih Asian Energy Champion tahun 2025 dan meningkatkan peringkat ke dalam 50 besar dalam Global Fortune, dipimpin oleh bukan ahlinya, dipimpin yang tidak kompeten dari sisi disiplin ilmunya. Maka akan tinggal menunggu kehancuran, atau akan tabrak sana sini karena bukan bidangnya”, ujar Binsar Effendi.

Sekalipun keberhasilan Soetjipto dalam membangun industri semen nasional telah mengantarkan Indonesia sebagai produsen semen terbesar di kawasan Asia Tenggara, dan saat ini PT. Semen Indonesia sudah menjadi pemain global untuk industri semen dan memiliki pabrik sendiri di luar negeri, dengan mengakuisisi sebuah perusahaan semen Thang Long Cement di Vietnam. Mengurus semen itu sangatlah beda dengan mengurus migas yang mengemban amanat konstitusi negara, yakni Pasal 33 UUD 1945.

“Di Pertamina meskipun sudah menjadi perseroan tapi bangunan tugasnya sebagai agent of development, security of supply dan barrier to entry yang diamanatkan Pasal 33 UUD 1945 itu masih melekat untuk mengejar pendapatan negara, kemakmuran rakyat dan ketahanan nasional’, tandas Binsar Effendi yang juga Komandan Gerakan Nasionalisasi Migas (GNM).

Sangatlah ironis jika Menteri BUMN Rini M Soemarno yang memimpin Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina memaksakan dibalik kepentingannya dengan mengajukan nama Soetjipto untuk calon Dirut Pertamina belakangan ini, dan Presiden Jokowi yang Ketua Tim Penilai Akhir (TPA) kemudian menyetujui untuk Soetjipto menjadi Dirut Pertamina dengan mengesampingkan aspirasi masyarakat, terutama dari yang datang dari pensiunan Pertamina.

Menurut Binsar Effendi,baru baru ini ratusan karyawan Semen Indonesia melakukan aksi demo di kantor pusat perusahaan di Gresik, Jawa Timur, yang menuntut Soetjipto mundur dari jabatannya. Dalam orasinya, Ketua Serikat Karyawan Semen Indonesia (SKSI) Aditya Sugeng membacakan tuntutan Soetjipto mundur. Selain itu, karyawan juga menuntut selamatkan aset bangsa dan saatnya revolusi mental di Semen Indonesia, serta selamatkan keberlangsungan operasional Pabrik Tuban.

Bahkan karyawannya sendiri menolak segala macam acara gebyar-gebyar tahun baru, celebration nite dan sejenisnya, termasuk menolak segala macam bentuk pencitraan untuk kepentingan pribadinya. “Apa yang model begini yang akan dipilih menjadi Dirut Pertamina? Tentu kami di eSPeKaPe akan berusaha untuk turun ke jalan jika kejadian”, pungkasnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline