Lihat ke Halaman Asli

Dosen Tak Bernyawa: Belajar Bukan Hanya dari Kata-kata

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika memasuki labor anatomi selalu menimbulkan kesan tersendiri bagi mahasiswa kedokteran. Setiap orang memiliki ekspresi dan respon masing-masing yang jika diperhatikan terkadang lucu juga. Ada yang tidak mau menyentuh sama sekali, ada yang menangis karena bau formalin yang begitu menyengat dan ada juga yang berfoto alay bersama si dosen yang tak bernyawa, yang menurut saya tindakan itu sedikit keterlaluan dan tidak sopan.

Ya, dosen tak bernyawa. Seorang dosen (yang bernyawa) pernah berkata bahwa salah satu keistimewaan yang kalian miliki ketika kalian mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran adalah kalain bisa memotong-motong tubuh manusia tanpa dianggap sebagai tindak kejahatan.Hmm...

Beberapa blok yang lalu kami hanya diminta untuk mengamati saja organ-organ tubuh manusia sesuai dengan topik yang sedang dipelajari. Saya baru menyadari bahwa betapa rapuhnya tubuh kita namun, sekaligus kuat. Tuhan yang maha Esa telah menciptakan tubuh ini dengan begitu sempurna. Tetapi, beberapa minggu amat-mengamati telah berubah menjadi sayat-menyayat.  Sungguh, setiap sayatan yang saya ayunkan serasa menyayat tubuh sendiri. Saya sendiri menjadi tidak mengerti kenapa terkadang orang bisa melukai orang lain dengan begitu mudah.

"Dengan membaca buku saja tidak akan cukup untuk mempelajari anatomi, kalain harus melihatnya langsung" begitu kata dosen anatomi saya. Memang, apa yang terlihat di buku tidak sama dengan yang sesungguhnya. Yang ada di buku hanyalah gambaran 2D, akan sangat berbeda ketika kita melihatnya secara langsung. Justru dengan melihat langsunglah kita bisa tahu seperti ini loh yang namanya otot, seperti ini loh yang namanya jantung dan sebagainya.

Ada satu hal penting lagi yang telah beliau ajarkan kepada saya tentang dua hal yang pastinya akan dihadapi oleh setiap manusia atau sedang ia hadapi, HIDUP dan MATI. Setiap yang bernyawa pasti akan mati dan ia akan dihidupkan/dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah ia perbuat di dunia ini.

Rasulullah saw pernah bersabda bahwa sebaik-baiknya nasihat adalah kematian. Pada awalnya saya agak bingung dengan hadis ini. Kenapa? Kenapa harus kematian? Kematianlah yang akan membuat kita menyadari betapa singkat waktu yang kita miliki. Kematianlah yang mampu membuat kita menyadari berapa banyak dari waktu yang sangat singkat tersebut yang telah kita pergunakan untuk kebaikan. Betapa banyak waktu yang telah kita buang untuk melakukan hal yang sia-sia, tidak ada manfaatnya.

Dengan mengingat kematian kita akan menyadari betapa berharganya hidup ini dan betapa banyak nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita di waktu yang singkat ini. Semoga kita bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dikala hidup maupun dikala mati seperti para dosen tak bernyawa. Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline