Lihat ke Halaman Asli

Tebu Trasngenik Universitas Jember

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Universitas Jember terus mengembangkan penelitian, khususnya dalam bidang rekayasa genetika. Salah satu yang kini terus dikembangkan adalah penelitian tebu transgenik yang dimotori oleh Prof. Dr. Bambang Sugiharto dan kawan-kawan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas  Jember. “Penelitian mengenai tebu rendemen tinggi melalui rekayasa genetika telah saya mulai sejak tahun 1994 dan pada tahun 2003 lalu berhasil menemukan tebu transgenik yang memiliki rendemen tinggi,” kata Prof. Dr. Bambang Sugiharto saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Menurut Prof. Dr. Bambang Sugiharto, penelitiannya bermula dari keprihatinan mendapati fakta rendemen tebu saat ini berkisar pada 6% sampai dengan 8% saja. Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, Indonesia masih harus mengimpor gula. Sementara untuk menghasilkan varietas tebu unggul melalui persilangan banyak menemui kendala. “Jadi dengan memakai teknologi rekayasa genetika atau bio teknologi kita bisa menghasilkan varietas tebu yang memiliki rendemen tinggi. Di Indonesia baru kita di Universitas Jember yang mengembangkan,” katanya lagi.

Dari analisa laboratorium, varietas  tebu transgenik Univeristas Jember hasil penelitian Prof. Dr. Bambang Sugiharto memiliki kadar sukrosa (kandungan gula) di batang mencapai 15%. Jika didukung dengan langkah-langkah efisiensi oleh pabrik gula yang ada di Indonesia, diharapkan tebu transgenik mampu mencapai  rendemen sampai 10%. Angka ini lebih tinggi dari kadar rendemen tebu saat ini.

“Kita tengah bekerjasama dengan PTPN XI untuk mengembangkan tebu transgenik Univeristas Jember, jika semua pengurusan ijinnya telah selesai, maka saya  perkirakan tebu transgenik rendemen tinggi bisa mulai ditanam atau dikomersialkan dua tahun lagi,” jelasnya. Menurut Prof. Dr. Bambang Sugiharto, sebelum dikomersialkan tanaman transgenik wajib  mendapatkan sertifikasi keamanan lingkungan, keamanan pangan dan keamanan pakan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Kementerian Pertanian.

Selain penelitian tanaman tebu, para peneliti di kampus Tegalboto juga tengah meneliti tanaman melinjo seperti yang tengah dikerjakan oleh Dr. Tri Agus Siswoyo dari Fakultas Pertanian. Melinjo yang dikenal sebagai camilan yang enak tetapi menjadi pantangan bagi penderita asam urat, padahal dari penelitian melinjo memiliki zat antioksidan yang tinggi. Melalui penelitian rekayasa genetika yang tengah dikerjakan oleh Dr. Tri Agus Siswoyo, diharapkan menghasilkan penemuan melinjo yang aman dikomsumsi termasuk bagi penderita asam urat.

Untuk mewadahi dan mengembangkan penelitian di bidang rekayasa genetika, Universitas Jember tengah menyiapkan sebuah lembaga yakni Center for Development of Advanced Science and Technology (C-DAST). “Universitas Jember memiliki pakar dalam bidang rekayasa genetika, khususnya dalam bidang bioteknologi tanaman. Kita juga sudah menjalin kerjasama dengan beberapa pihak di Korea Selatan dan Jepang dalam bidang bio teknologi. Lembaga C-DAST diharapkan nantinya menjadi center of exellence di bidang rekayasa genetika,” tutur Prof. Dr. Bambang Sugiharto. (iim)

Sumber : www.unej.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline