Lihat ke Halaman Asli

Dimana Letaknya Surga?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1409825238723444356

Seandainya suatu hari ada yang membuktikan bahwa surga itu terletak di suatu tempat. Apakah yang akan kita lakukan?


Pasti sebagian dari kita akan berlomba-lomba kesana, dan berusaha sebisa mungkin segera menuju tempat itu dengan apapun yag kita punyai. Bahkan untuk mencapai surga, walau harus menggunakan pesawat dengan biaya tinggi, nggak apa-apa. Demi mencapai surga, apapun akan dikorbankan.


Semua orang berbondong-bondong ngantri. Mendaftarkan diri pada agen travel ruang angkasa menuju surga. Yang paling penting dalam perjalanan ke surga, adalah bekal. Layaknya perjalanan jauh, bekal disiapkan secukup mungkin. Karena perjalanan membutuhkan waktu nggak sebentar. Entah beberapa tahun bahkan puluhan tahun.

Sahabat, mengkhayal tentang surga. Dimana letaknya, sejauh apakah surga itu. Sebenarnya surga ada di dekat dengan kita, sangat dekat dalam kehidupan kita. Ia hadir dirumah kita, nggak jauh. Perjalanan menuju surga adalah segala sesuatu kebaikan yang kita perbuat. Dengan mengisi perabot-perabot rumah tangga kita, berupa keimanan, ketakwaan, kejujuran, keikhlasan dan rasa syukur. Diantara orang tua, anak, family dan tetangga yang berada di dekat kita.

Rumah adalah pondasi awal meraih surga. Rumah sebagaimihrabcinta menuju ke-ridho-an Tuhan. Rumah tak hanya kita pahami seperti kebanyakan orang, hanya berkaitan dengan suami dan istri. Tapi lebih jauh untuk segenap penghuni dan tetangga serta orang yang berada disekitarnya. Surga dalam rumah itu sejatinya amat melekat dengan sosok ayah dan ibu, orang tua kita. Karena mereka adalah jembatan yang dapat mengantarkan kita menuju surga.

Kita boleh beramal shaleh sebanyak-banyaknya diluar rumah, tapi jangan lupakan jalan terdekat yang ada di rumah kita. Ini berarti bahwa kita harus benar-benar sepenuhnya berbakti pada orang tua, melebihi baktinya seorang pembantu pada majikan, melebihi baktinya seorang bawahan pada atasan.

Seandainya orangtua kita nggak serumah, maka untuk berbakti kita dapat menjalin silaturahmi dengan sering berkunjung. Atau dengan cara apapun yang dapat membuat hatinya senang dan tersenyum. Tak boleh membuat dirinya tersinggung, sakit hati apa lagi sampai murka.

Sebab ridho Tuhan akan diberikan jika orang tua kita sudah memberi maaf atas kesalahan yang kita perbuat. Jika mereka sudah berada di dunia lain, kita dapat menjalinnya dengan selalu mengirimkan do’a dan melakukan segala sesuatu yang terbaik demi kebahagiaannya. Gambaran bahwa surga berada dibawah telapak kaki ibu adalah bahwa, kita harus berbuat baik kepadanya, asal tidak bertentangan dengan agama.

Sahabat, daripada bengong. Kita melamun membayangkan kesenangan yang tidak nyata. Atau mengkhayal enaknya hidup di surga yang terlalu jauh. Alangkah lebih baik berbuat nyata mendekatkan surga di antara kehidupan kita. Mulai saat ini berbaktilah pada orangtua dan keluarga, karena kesempatan tak akan pernah kembali dua kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline