Lihat ke Halaman Asli

Jika Aku Menjadi Anggota Dewan

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku rakyat biasa, yang kerjanya tiap hari cuma cari makan untuk anak istri dengan cara yang benar menurut agama. Kalau boleh menghayal, maka aku ingin menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Yang kerjanya setiap hari digedung ber-AC yang cantik nan anggun.

Jika aku anggota dewan maka garis politikku hanya satu, ikut apa kehendak rakyat dan memperjuangkannya sampai titik penghabisan. Karena jabatanku yang sesungguhnya menentukan hitam putih Indonesia.

Aku nggak ingin mengikuti apa yang menjadi tujuan partai, aku ingin mensejahterakan rakyat. Aku dipilih oleh rakyat, rakyat yang mengantarkan aku duduk di bangku dewan. Aku nggak ingin menjadi inner circle partai, apalagi jadi kaki tangan konglomerat yang bisa mengatur politik negara ini dengan uangnya. Aku nggak akan patuh pada mereka. Percayalah..!

Aku adalah aku yang berpendirian, hatiku dan pikiranku nggak bisa dibeli oleh uang atau bujuk rayu yang mengiming-imingi jabatan. Aku harus mengemban amanah suara rakyat yang telah memilihku. Saat ini rakyat nggak mudah ditipu, rakyat nggak mudah disogok hanya dengan dua bungkus indomie. Lagipula, rakyat sudah berani. Biar kita sewa pendekar yang sangar untuk menakuti, mereka nggak takut, mereka pasti berontak.

Di dewan pasti ada kelompok kritis dan militan yang membela partai. Walau mereka jumlahnya banyak, aku akan melawannya. Aku ingin seperti Ahok, jika mereka nggak mau ngikutin kemauan konstitusi ya mendingan mundur, emangnya kalo dah jadi anggota dewan bisa semaunya, ya nggak bisa dong..! Kan rakyat yang memberi amanah selalu memonitor kita, dan mengawasi apa yang kita kerjakan. Makanya aku harus pro rakyat.

Jika sedang rapat dengan lembaga negara atau institusi, aku nggak mau hanya menjadi yes man, nggak mau asal setuju aja, nggak mau menjadi the rubber stamp. Alias pemberi cap stempel tanda persetujuan, pada hal-hal yang belum kumengerti dan nggak jelas jeluntrungan-nya.

Dalam hal berpolitik, aku nggak mau nasibku seperti rakyat pada jaman penjajahan. Yang hanya menurut apa kata kompeni, aku nggak bisa begitu. Aku harus kritis..tis..tis... Memang dalam berpolitik, aku dapat menghalalkan segala cara untuk menang, untuk jadi kaya, untuk berkuasa. Namun orangtuaku nggak pernah mengajarkan aku seperti itu. Nggak boleh mabuk kekuasaan, aku harus seperti masa kecil dulu, akur dengan adik dan kakak, saling berbagi dengan teman-teman. Aku nggak diajarkan cuma menikmati kesenangan, aku harus ikut merasakan apa yang menjadi kesusahan teman dan membantunya.

Dari sisi kemewahan hidup, anggota dewan pasti berkecukupan karena dijamin pemerintah. Prinsip yang kurang baik harus ditinggalkan, apalagi prinsip yang berbunyi nggak apa-apa pendapat tak dihargai, yang penting pendapatan selalu diberi. Kalau begitu, isi kepala mereka adalah proyek apa yang bisa dilahap. Sekali lagi kusampaikan bahwa orang tuaku mengajarkanku untuk nggak serakah, apalagi tamak..! Aku nggak mau mendapat sesuatu bukan karena keringatku sendiri.

Aku tahu menjadi anggota dewan mempunyai tiga fungsi Utama. Fungsi anggaran, fungsi legislasi, dan fungsi pengawasan. Dan fungsi-fungsi itu bisa diolah menjadi uang semua. Dalam menyusun budget, bisa melakukan mark up atau penggelaembungan nilai anggaran kemudian masuk ke kas partai. Memotong uang proyek dengan cara menurunkan kualitas pengerjaan proyek. Aku menolak..Aku nggak mau… aku hanya memberi makan anak istriku dengan rejeki yang halal, yang haram no way…!

Lalu bagaimana dengan fungsi pengawasan dan pembuatan peraturan. Fungsi pengawasan dewan harus benar, harus ketat, harus akurat. Fungsi pengawasan nggak boleh dianggap mata pelajaran “Pengantar Ilmu Politik” untuk mahasiswa semester pertama. Yang hanya memberitahukan kemahasiswa bahwa pemegang kekuasaan harus punya kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Ataupenggunaan sumber kekuasaan dapat dengan paksaan, konsensus atau kombinasikeduanya.

Anda mungkin bertanya-tanya, bener nggak nih kalau si tebe jadi anggota dewan akan seperti itu..? Swear..! Ya bener…! karena aku akan mengakkan amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak dan menganjurkan hal-hal yang baik serta mecegah hal yang buruk bagi masyarakat.

Tapi itu semua hanya khayalan, cuma dongeng, mimpi disiang bolong. Bagai pungguk merindukan bulan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline