Yang namanya Kota Bandung, selain sarangnya factory outlet disana juga banyak yang jualan aneka macam kuliner termasuk kue jajanan pasar. Pagi itu sehabis sholat subuh, aku jalan jalan kedaerah Buah Batu. Disitu banyak sekali yang jualan kue, berjejer sepanjang sekitar 100 meter. Aneka macam kue dari yang tradisonal sampai yang modern ada. Citarasa kue tradisional sangat nikmat, tak heran penggemarnya nggak pernah surut, termasuk turis mancanegara. Dimakan sebagai penutup setelah makan atau sebagai teman minum teh di sore hari cocok banget.
Ada kue-kue seperti bakwan, risoles, lepet, kue lumpur, nagasari, dadar gulung, apem, lemper, bolu kukus, donat, kue keju, arem araem, pukis, tape goreng, kue lapis, cake, brownies, dan kue-kue basah khas Indonesia lain yang menggugah selera. Ada yang dijual satuan, dibungkus plastik, per porsi, dus kecil, hingga dus besar. Tak hanya itu, ada pula kue-kue basah yang disusun cantik, yang biasa dijadikan seserahan atau sajian dalam berbagai acara.
Selain mereka yang membutuhkan kue untuk acara di rumahnya, ada pengunjung yang rutin belanja kue di sini. Untuk kebutuhan sendiri, oleh-oleh, atau untuk dijual lagi. Di sini bisa membeli kue basah dan kue kering lengkap banget! Untuk masalah harga, tenang aja banyak yang murah dan kalo agak mahal masih bisa ditawar kok. Jadi tinggal memakai jaket untuk menahan hawa dingin Kota Bandung di subuh hari, dan harus rela berdesak-desakan dengan pengunjung lain.
Aku nggak tahu kapan pasar ini mulai ada, karena setahu aku dulu disitu hanya ada ruko yang bukanya siang sampai agak malem, tapi sekarang didepannya sudah ramai dikunjungi hampir seluruh penduduk Bandung, khususnya yang mau punya hajatan. Cerita Mang Ucup, tukang parkir yang ada disitu, katanya sekitar tahun 2004 mulai ada yang berdagang kue. Awalnya cuma sekitar dua atau tiga pedagang sekarang ada sekitar 50an yang jualan. Pedagang kue ini mulai jualan dari jam 5 sampai jam 8 pagi, hari minggu biasanya tutup agak siang sekitar jam 10. Kue-kue itu dipasok oleh home industri kue yang bertebaran di penjuru kota. Pemasok kue sendiri yang mengantarkan produknya ke pedagang. Pemasok yang sama juga mendistribusikan kue ke toko-toko. Pelanggan kue pagi itu cukup banyak, umumnya ibu-ibu.
Meski nggak ada promosi besar, harumnya nama kue itu tercium ke seluruh antero Bandung, hinga banyak pemilik toko asal Lembang dan Padalarang menjadi pelanggan setianya. Kehadiran pasar ini menggerakkan ekonomi pelaku industri kecil. Omzet cukup besar menjadi hasil manis para pedagang. Semanis kue yang selalu diburu pembeli. Kue yang sama di toko-toko harganya dua atau tiga kali lipat, di pedagang kue jalanan hanya seribu dan dua ribu perak saja. Jadi, pilih yang mana, pilih gengsi atau kuenya? Terserah aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H