Lihat ke Halaman Asli

Cinta Itu (Seharusnya) Membebaskan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sejak jaman saya mengenal kata "cinta", saya tidak pernah mengerti apa itu artinya cinta.

sekalipun jutaan definisi dari para ahli sampai yang amatir membuat definisi dari cinta, saya tidak pernah menemukan definisi yang tepat untuk cinta yang saya rasakan. cinta itu universal. cinta itu untuk banyak pihak. cinta pada TUHAN, cinta pada orang tua, cinta pada keluarga, cinta pada sahabat, dan cinta untuk kekasih. baik. buat lebih spesifik. saya ingin mengenali cinta untuk kekasih.

saya pernah jatuh cinta. pada laki-laki yang kemudian dengannya saya mengikat janji di depan altar untuk sehidup semati dalam untung dan malang dalam sehat dan sakit. cinta seharusnya sesimpel itu. definisi cinta yang tunggal pada seseorang sampai ajal memisahkan. mencintainya dalam untung dan malang. dalam sehat dan sakit.

ketika kita mencintai seseorang dengan memberikan seluruh hidup (dan berandai sampai mati), bahkan ketika kekasih kita sebagai lelaki tak mampu memberikan kenyamanan fisik maupun materi. hal ini berhubungan dengan "keuntungan dan kemalangan", bukan? kita tetap mencintainya saat sang kekasih sakit dan terbaring di ranjang. kita memberikan SELURUH cinta kita untuknya. tapi ketika cinta tak berbalas, masihkah kita bisa utuh mencintainya dengan ikhlas?

manusia memiliki kebutuhan akan cinta. kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. itu mutlak. orang yang mencintai hanya secara aktif pada seseorang sementara dia tidak merasakan yang sebaliknya. dicintai. saya percaya, pada satu titik dia akan mengalami kejenuhan. pada satu titik tertentu dia akan memiliki kebutuhan untuk dicintai.

saya tertarik membaca salah satu potongan artikel yang ditulis saras dewi di buku mungilnya yang berjudul cinta bukan cokelat : apakah kita makhluk (tidak) setia ?

baik perempuan maupun laki-laki punya kecenderungan untuk tidak setia atau berselingkuh. meski yang sering jadi korban perselingkuhan adalah perempuan, bukan berarti perempuan tidak punya potensi untuk tidak setia. (...) pertanyaan yang penting adalah : apakah kita semua diciptakan secara alamiah untuk mudah berselingkuh ?

dalam buku kecil yang sarat dengan materi pemikiran para filsuf, menyatakan bahwa hal ini terjadi kemungkinan karena adanya evolusi di otak manusia. perubahan perlahan dari dominasi otak reptilian kemudian berkembang diimbangi dengan fungsi kedua bagian sistem otak lainnya. menurut fisher, ketika terjadi perselingkuhan (walau hanya selingkuh hati atau selingkuh rasa -- bukan melulu fisik) kadar testoteron meningkat berlipat-lipat sehingga tidak bisa memandang jernih dalam memandang suatu masalah.

perselingkuhan mungkin terjadi ketika kebutuhan dicintai tidak terpenuhi. kebutuhan ini terpenuhi oleh orang lain. meski salah satu sistem otak kita punya potensi untuk setia dan selalu jujur dalam merawat relasi, tapi bukan jaminan bila dalam perkembangan karena faktor lain maka menjadi tidak setia.

saya tertarik dengan pemikiran erich from mengenai cinta. love is about free choices. menjalani cinta dengan seseorang yang kemudian sakit, bukanlah pilihan yang tepat. manusia rindu kebebasan. bebas menentukan pilihan. bebas memilih yang terbaik untuknya. lalu kemudian norma dan peraturan mengikatnya. menanamkan kesadaran untuk tidak melukai pasangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline