Hari itu akhir Mei 2022, Ais, anakku, akan melaksanakan wisuda lulus SMA. Pagi masih buta ketika aku harus berangkat ke Kediri tempat Ais bersekolah. Sesampainya disana, begitu bertemu Ais, aku langsung terkejut. Aku memandang Ais anakku yang sudah tiga tahun tinggal di Pesantren ini dengan heran.
Kulihat matanya, wajahnya, dan seluruh tubuhnya berwarna kuning, bahkan Ais juga mengatakan kalau air seninya pekat dan fesesnya putih. Aku takut pasti ada something wrong dengan tubuh anakku ini. Apalagi Ais mengeluh kalau perutnya sakit.
Sekira sebulan sebelumnya Ais memang kecelakaan dan ada lebam di sekitar perutnya. Aku khawatir itu adalah efek kecelakaannya kemarin.
Selesai wisuda, aku lalu membawa Ais pulang ke Lamongan dan langsung ke rumah sakit. Betul saja Ais langsung dirawat inap, tidak diperbolehkan pulang. Sempat terlintas apakah Ais terkena virus hepatitis yang sedang booming itu. Tetapi ternyata bukan.
Dari pemeriksaan dokter, setelah USG, diketahui ada penyumbatan di saluran antara empedu dan pankreas. Dokter tidak tahu apa yang menyumbatnya, karena dari hasil USG tidak begitu terlihat jelas. Lalu dokter mencoba memberikan obat penghancur, siapa tahu sumbatan itu hancur dengan diberi obat. Di rumah sakit ini memang tidak ada MRI, alat untuk memeriksa agar sumbatan itu terlihat jelas.
Tak terasa sudah seminggu Ais opname di rumah sakit swasta di kotaku. Dan obat yang diberikan memang tidak bekerja dengan baik sehingga sumbatan itu masih ada. Dokter penyakit dalam yang merawat Ais ingin melihat perkembangan pemyakit Ais dulu. Tetapi dokter yang lain menyarankan Ais untuk dioperasi saja.
Kebetulan adikku adalah dokter spesialis bedah. Melihat perkembangan Ais yang begitu rupa, lalu dia memintaku untuk membawa Ais ke rumah sakit tempatnya bekerja. Tapi rasanya malas sekali harus merujuk kesana.
Karena aku tahu solusimya pasti nanti Ais harus operasi. Ya Allah orang tua mana yang tega anaknya dioperasi? Apa tidak ada alternatif lain untuk menyembuhkannya?
Aku sempat bingung dan pasrah. Terus terang aku takut kalau Ais harus menjalani operasi. Pesan dari adikku membuatku semakin lemas. Sumbatan di saluran empedu Ais memang harus diambil.
Apalagi rumah sakit tempat anakku dirawat tidak mempunyai dokter spesialis bedah digestive. Adikku meminta aku segera membawa Ais ke rumah sakitnya. Tak ada pilihan lain untukku, lagian aku juga tak tahan melihat Ais yang masih saja kesakitan.