Lihat ke Halaman Asli

Fajar Pujianto

SKM Indonesia

Belajar Menanam Wortel

Diperbarui: 1 Juni 2017   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ibu, jadi kan, kita menanam wortel di kebun kakek?” tanyaku kepada ibu yang sedang menyeduh teh.

Sore ini kami berada di rumah kakek, di kaki Gunung Slamet, Baturraden. Libur sekolah kali ini, ayah dan ibu mengajak aku dan adikku belajar bercocok tanam di rumah kakek.

“Tentu saja dik, mudah-mudahan cuaca cerah,” jawab ibu sambil menyuguhkan teh di meja.

“Semua ikutkan bu?” tanyaku kepada ibu.

“Tentu saja dik,” jawab ayah yang tiba-tiba datang dari belakang.

“Kek? Bagaimana sih, cara menanam wortel?” tanyaku memegang cangkir berisi teh hangat.

Memang, sore itu di Baturraden sedang diguyur hujan. Begitu juga dengan rumah kakek. Kami berkumpul di ruang keluarga, dekat dengan jendela samping rumah.

“Begini dik, sebelum ditanam, tanah petanaman terlebih dahulu dicangkul halus dan digemburkan. Setelah itu, sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu diberi pupuk kandang dan diratakan,” jawab kakek usai meminum teh hangat.

“Bedengan tanah perlu diberi alur-alur dengan jarak sekitar 15 cm dan barulah ditutupi tanah kembali,” kata nenek menyambung ucapan kakek.

Aku dan adikku semakin terperangah mendengar penjelasan kakek dan nenek. Hujanpun semakin lebat. Kami semakin asyik dengan obrolan yang menarik ini. Bakwan, salah satu makanan khas daerah tersebut menjadi menu hidangan percakapan kami.

“Nek? Ini kok dalamnya ada wortel?” tanyaku memegang bakwan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline