Lihat ke Halaman Asli

Mengasah Karakter Santun dengan Bahasa Krama (Bahasa Jawa)

Diperbarui: 27 Mei 2017   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi orang jawa, tak bisa dipungkiri bahwa dengan berbahasa Krama, seseorang akan terlihat lebih santun dan layak di ajeni. Coba kita rasakan sekali lagi, bagaimana hati ini berbisik halus ketika mendengar siswa kita berkomunikasi menggunakan bahasa krama dengan kita, tiba-tiba hati kita jadi teduh, hal ini berbeda jauh dengan suasana saat mendengar siswa kita berbahasa ngoko, atau berbahasa Indonesia sekalipun.

 

Ajining diri Gumantung saka lathi” Hmm.. Harga diri seseorang memang sangat tergantung atas ucapannya. Dalam budaya Jawa tentunya Kalimat ini sering kita dengar. untuk itu alangkah baiknya jika Istilah tersebut juga diterapkan kepada anak didik kita. Zaman sekarang sangat sulit sekali menemukan anak – anak yang berdialoq dengan bahasa Jawa apalagi krama. Padahal keadaan ini adalah tanggung jawab kita sebagai Guru. Kita dituntut untuk merubah keadaan  yang sangat memprihatinkan ini. Apakah kita akan diam berpangku tangan? Tentu tidak khan.

 

Menurut Jacobson (dalam Alwasilah 1993:89) menyatakan beberapa fungsi ujaran sebagai sarana komunikasi. Dimana berfungsi sebagai emotive speech, Phatic Speech, retorical speech (ujaran berfungsi memengaruhi dan mengkondisiskan pikiran dan tingkah laku para penanggap tutur) metalingual speech dan poetic speech. Disini peran bahasa kromo pada ranah poetic speech dimana ajaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri denganmengistimewakan nilai – nilai estetikanya.

 

Sebagai orang Jawa kita harus terus melestarikan budaya Jawa. Karena Bahasa Jawa itu adalah merupakan bahasa Ibu. Tidak akan hina kita kok jika kita memberi contoh kepada anak didik kita dengan berbahasa Krama. Ini bisa kita terapkan dirumah, sebagai awal pendidikan karakter. Sebagai Ibu dan ayah dari anak kita kita terlebih dahulu memberikan contoh.Jika sudah diterapkan di lingkungan keluarga tentu imbasnya akan mengalir sendiri kesekitar sekolah dan masyrakat.

Kita sebagai masyarakat timur yang menjunjung tinggi nilai sopan – santun tentulah tidak akan rela jika sebuah kebudayaan Bahasa Ibu yakni Bahasa Jawa akan menghilang dari hati kita. Fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi, hal ini disampaikan oleh Jacobson ( dalam Al dengan wasilah chaedar,1993:89 ) menyampaikan beberapa fungsi ujaran sebagai alat komunikasi. Diantaranya “Poetic Speech” ujaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri dengan mengutamakan nilai estetik.

Dalam keaadaannya keadaan didalam masyarakat Bahasa krama sekarang menjadi bahasa gado – gado. Saya pusing sendiri terkadang mendengar teman berkata Bahasa Jawa rempong terus kelamaan. Makanya saya memilih dengan menggunakan bahasa Indonesia saja secara umum tidak banyak aturan.

Sebenarnya Bahasa Jawa krama itu tidak sulit, tetapi karena kita jarang menggunakan. Maka kita tidak terbiasa. Mulai berkurangnya pemakai bahasa jawa terutama dikalangan anak- anak dan anak muda, membuat nilai plus didalam pergaulan karena dianggap mempunyai kemampuan menguasai bahasa krama yang santun yang dibilang banyak orang sulit dipelajari.Dan anak yang berbahasa krama mendapat prestasi dan angka plus dimasyarakat.

Untuk itu tidaklah salah jika kita sebagai orang tua memberikan bekal Bahasa Krama untuk putra putri kita tercinta, agar didalam kehidupan bermasyarakat lebih diajeni dan lebih halus pekertinya. Tanamkan sejak dini “Budaya berbahasa Krama”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline