Lihat ke Halaman Asli

Jangan Kau Ambil Aku

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diatas tangan-tangan usil penuh keserakahan

Aku diperebutkan padahal Kau sudah melimpah

Bagi engkau Aku lah ukuran kekayaan

Potong tangannya

Melengking seruan petinggi negeri

Dosa yang harus ditanggung adalah kesengsaraan

Tangan yang dipakai untuk merampas

Sepuluh jari,

Tidak,

Dari pergelangan tangannya harus hilang pula

Apa yang terjadi?

Saat perkataan menjadi boomerang

Hukum di negeri ini adalah sanksi jeruji besi

Kau bilang tidak pernah berkicau seperti itu

Jika saja urat malumu masih ada

Sanak keluarga enggan mengenalimu

Hukumanmu adalah menonton balap mobil di negeri tetangga

Lihatlah mereka yang mengumpulkan Aku

Dengan tenaga dan segala daya

Bukan satu koper yang berisi uang tiga miliyar

Receh demi receh seratus rupiah

Itu semua hanya untuk menegakkan punggung

Sementara kau yang disana

Merampas aku dari mereka

Kau tahu, punggungmu sudah tegak, lihatlah

Aku dari mereka, untuk mereka

Bukan untuk Kamu

Jangan kau ambil Aku

Untuk membeli kotak-kotak besi mewah yang tak berguna

Biarkan Aku mengalir menurut jalannya

Jangan kau hentikan ditengah jalan

Tanpa dosa kau putus urat malumu

Gembira meski kau tahu mereka butuh Aku

Kau rampas Aku

Aku menjerit saat tanganmu memegang Aku

Kau tau, Kau adalah panutan di negeri ini

Aku dibutuhkan banyak orang

Bukan cuma kamu

Kamu tidak pernah menghargai Aku

Kamu hanya ingin merampasku dari mereka

Jangan kau ambil AKU,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline