Lihat ke Halaman Asli

TAZKIR

SELALU OPTIMIS

Berpura-pura Berperilaku Baik

Diperbarui: 1 April 2024   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berpura Pura Berprilaku Baik 

Oleh

Tazkir, S.Pd, M.Pd

 

Berpura-pura berprilaku baik istilah sekarang (ada maunya) yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mencoba mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara yang merendahkan martabat atau integritas dirinya sendiri. 

Seringkali berperilaku secara berlebihan untuk menyenangkan atau memuaskan orang lain yang memiliki kekuasaan atau posisi penting, tanpa memperdulikan nilai-nilai moral atau etika yang seharusnya dijunjung tinggi dapat ditemukan di lingkungan politik, jabatan atau bisnis, di mana seseorang mencoba memperoleh keuntungan atau posisi penting dengan cara yang tidak etis, seperti memberikan sesuatu atau menggantikan hak orang lain, untuk memuaskan orang yang memiliki kekuasaan.

Secara umum, sebagai perilaku yang merendahkan martabat dan integritas diri sendiri, karena mereka berusaha untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak jujur atau etis. Oleh karena itu, sebagai individu, kita harus berusaha untuk selalu memegang teguh nilai-nilai moral dan etika dalam menjalankan tugas dan hubungan sosial kita, dan tidak terjerumus dalam perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Berpura-pura berprilaku baik merupakan perilaku atau sikap di mana seseorang berpura- pura menjadi baik atau ramah, tetapi sebenarnya memiliki motif atau niat yang tidak tulus ini adalah fenomena sosial yang umum terjadi di berbagai lingkungan, meskipun terkadang dianggap sebagai strategi untuk mencapai tujuan tertentu, Berpura purabaik sebenarnya memiliki dampak negatif yang cukup besar.

Salah satu dampak negatif dari berpura-pura baik adalah hilangnya kepercayaan dan kejujuran dalam hubungan sosial. Ketika seseorang terus-menerus berpura-pura baik tanpa memiliki niat yang tulus, orang lain akan sulit membedakan antara perilaku yang tulus dan yang palsu. Hal ini dapat menyebabkan keraguan dan ketidakpastian dalam hubungan antarmanusia, yang pada akhirnya dapat merusak kepercayaan satu sama lain.

Selain itu, berpura-pura baik juga dapat menciptakan ketidak adilan sosial. Misalnya, dalam konteks politik, jabatan atau bisnis, seseorang mungkin berpura-pura baikkepada pihak lain untuk mendapatkan keuntungan atau dukungan. Hal ini dapat mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan atau sumber daya yang seharusnya tidak terjadi jika semua pihak bertindak dengan jujur dan transparan.

Selain itu, berpura-pura baik juga dapat menyebabkan konflik sosial. Ketika motif Berpura purabaik seseorang terbongkar, hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati dan ketidakpercayaan yang dalam, yang pada gilirannya dapat memicu konflik antar individu atau antargrup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline