WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Artinya, virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Ketika WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global, WHO mencatat ada 118.000 kasus yang tersebar di 110 negara yang ada dunia.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa COVID-19 tidak lagi sekadar krisis kesehatan publik, melainkan krisis yang dapat menyentuh seluruh aspek kemanusiaan, baik sosial, ekonomi, dan juga pangan.
Ketersediaan dan akses pangan masyarakat menjadi penting sehingga pemerintah pun terus berusaha membantu bukan saja dalam bantuan materi transfer uang langsung tetapi juga dalam bantuan sosial berupa bahan pangan. Selama masa pandemi, pola konsumsi rumah tangga mengalami perubahan. Pembatasan kegiatan yang diterapkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan mengurangi dampak virus COVID-19 secara langsung mempengaruhi perubahan pola konsumsi masyarakat.
Pandemi COVID-19 juga menjalar hingga berdampak pada pola konsumsi mahasiswa yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, khususnya yang terdaftar sebagai penerima beasiswa Program Khusus Putra Putri Port Numbay (PKP3N), beasiswa dari Kota Jayapura. Universitas sendiri sudah berupaya meringankan beban mahasiswa dengan memberikan bantuan sosial berupa sembako dan uang yang di transfer langsung ke rekening mahasiswa masing-masing.
Bantuan sosial berupa bahan pangan diberikan kepada para mahasiswa yang merasa membutuhkan bantuan tersebut, dikarenakan keterlambatan pengiriman uang bulanan dari orang tua. Sementara untuk bantuan uang diberikan secara merata kepada seluruh mahasiswa untuk membantu dalam pembelian paket data selama proses perkuliahan dari rumah.
Total 57 dari 80 mahasiswa penerima beasiswa yang bersedia memberikan gambaran kebiasaan makan mereka selama masa pandemi. Mahasiswa yang mengalami perubahan kebiasaan makan sebanyak 42 orang (73.7 %) dan sisanya sebanyak 15 orang (26.3%) tidak mengalami perubahan kebiasaan makan. Pandemi Covid-19 membuat banyak orang tersadar akan pentingnya kesehatan dan kebersihan.
Penerapan gaya hidup sehat yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan, yaitu dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi berbagai makanan sehat inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya perubahan kebiasan makan pada sebagian responden.
Kemudian, mahasiswa yang mengalami peningkatan keragaman konsumsi pangan sebanyak 30 orang (52.6%) dari total 57 orang. UNICEF sendiri menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang seimbang, beragam, bergizi, termasuk biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan sumber pangan hewani merupakan salah satu cara penting untuk meningkatkan kesehatan, gizi, dan menjaga sistem kekebalan tubuh.
Peningkatan keragaman makanan dapat terjadi karena keinginan untuk memiliki gizi yang lebih baik dan mendukung untuk meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh.
Selama masa pandemi Covid-19 media memberitakan tentang mengonsumsi makanan /minuman yang dapat meningkatkan imunitas mampu melawan Virus Corona. Hal ini secara tidak langsung menaruh persepsi yang kuat dimasyarakat tentang makanan atau minuman yang mampu meningkatkan imunitas tubuh tersebut. Ini terbukti dengan data yang diambil dari 57 mahasiswa bahwa sebanyak 43 orang (75.4%) mengatakan mereka mengonsumsi makanan/minuman yang dapat meningkatkan imunitas tubuh selama masa pandemi Covid-19. Sementara sisanya yang tidak mengonsumsi 14 orang (24.6%).