"Ealaaah.., gunung Tidar langite tansah jembar...."
"Pengen sugih lan kawentar, kasunyatane ambyar....."
"Anane mung angkara..., angkara amargi tindhak lan tandhuke menungsa"
"Nggolek bandha nanging ora gelem rekasa, malah ngrebut arthane wong liya"
"Ealaah... Gunung Tidar kemulan kabut..., wong kan luput pikire tansah semrawut"
Ketamakan telah merasuk ke dalam jiwa-jiwa manusia yang dengki. Dengki akan sesuatu yang tak dimilikinya. Sifat tamak seperti racun yang menyebar dan menyusup ke dalam hati manusia. Merusak nalar dan akal pikir manusia menjadi cetek. Ketika hati begitu rentan akan nafsu duniawi, ketamakan itu bagai duri-duri kemarung yang mencuat ke permukaan menunggu jejak langkah yang terperangkap.
Atas nama kuasa, manusia rela menghasut dan menginjak-injak kehormatan orang lain. Tidak perduli perbuatannya itu telah menistakan dirinya sendiri dihadapan sesamanya, terlebih lagi dihadapan Yang Maha Kuasa.
CERITA SELANJUTNYA Teroesir Dari Matesih (TDM02) :
Dalam pada itu Ki Demang Wulungan pun mulai meningkatkan serangan. Tidak ada lagi beban dihatinya, setelah Linggar berhasil mengalahkan Suwandana. Dikerahkan tenaganya dan menyerang seperti banjir bandang, jurus-jurusnya mampu menerobos pertahanan Sura Keling. Sura keling makin terdesak mundur dengan napas terengah-engah. Ketika tubuhnya mulai limbung, Ki Demang Wulungan meloncat menendang lambung Sura Keling. Pria bertubuh gelap itu terdorong surut beberapa langkah, kemudian jatuh rebah ditanah.
Ki Wulungan yang merasa tersinggung atas perbuatan orang-orang yang merusak paugeran yang berlaku itu, mendekati Sura Keling yang tergeletak di tanah itu. Ia menginjak leher Sura Keling, lalu berkata," Ketahuilah orang-orang Kademangan Matesih! Aku sudah difitnah. Mereka telah bersekongkol menuduhku pemberontak. Padahal, dua orang yang aku tolong itu karena unsur kemanusiaan belaka, terlepas dia laskar Jipang atau bukan!" katanya sambil menatap orang-orang di sekelilingnya.
Semua orang yang ada di halaman dan rumah Ki Demang itu terdiam kaku. Ki Bekel yang mulanya berapi-api ingin menangkap Ki Demang menjadi pucat wajahnya.Sura Keling yang diandalkan dapat mengalahkan Ki Demang ternyata gagal dan tergeletak ditanah, meskipun masih bernapas. Di sisi lain dua penjaga regol yang melawan empat orang pengawal kademangan pun terhenti pertarungannya. Empat orang pengawal kademangan itu pun sengaja menghentikan pertarungan terlebih dahulu. Mereka dibuat terpaku dengan kemampuan demang di Matesih, yang mampu mengalahkan Sura Keling dan juga kegigihan Linggar dalam menghadapi Suwandana yang secara usia lebih dewasa.