Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Rahmat H

Pengamat Sosial

Pagi di Margonda

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1351309997910267341

suatu pagi di margonda sihir dingin setelah hujan mengenali siapa yang paling suci mereka adalah para pendosa yang diam-diam melucuti nasib buruk bayi-bayi lapar aku ingin terlibat dalam letih-getih perjuangan pada suatu malam yang paginya terdengar gemuruh suara tembakan aku ingin merasai senja dengan persenjataan lengkap mengenang teriakanmu membahasakan hasrat yang terpenjara keterbatasan kita akan menyanyikan lagu kebebasan di barat senja bersama musafir-musafir setengah baya "jangan lupakan pesan ibu, nak. hidup adalah persoalan kuasa kata. kau akan terperosok dalam jika tak pernah terlibat dengan kata. kau akan terjerembab kedunguan jika hanya berdiam diri memaknai hujan." lewat jendela itu mentari margonda berbisik lirih : pagimu terlalu siang, sobat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline