Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Kita Hanya "Menyempit", Belum "Terjepit"

Diperbarui: 25 Oktober 2021   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita hanya "menyempit", Belum "terjepit" (klikdokter.com)

Apa bedanya menyempit dan terjepit? Sabar. Tulisan ini akan kelar begitu saya langsung menjawabnya. Biarkanlah aksara yang ada menari-nari sedikit dulu sebelum kemudian ia menemukan akhirnya. Hallaah.. tulisan ini mendadak agak mendayu karena mungkin sedang bermukim di bulan bahasa. Tapi baiklah, mari kita mulai.

Kita Hanya "Menyempit", Tidak "Terjepit"

Pernahkan Anda mendengar orang yang sedang merasa selalu kesulitan hidupnya? Atau jangan-jangan Anda pernah merasakannya? Tenang. Anda tidak sendirian. Banyak dari kita yang (mungkin) pernah merasakannya. Lalu pertanyaannya, benarkah orang itu sedang mengalami kesulitan? Jawaban singkatnya bisa jadi iya. Pun bisa jadi tidak jika saya memilih untuk menjawabnya tidak.

Yang menarik, ternyata ada satu hal yang jauh lebih penting dari jawaban "iya" dan "tidak" itu. Tahukah Anda, sebenarnya, situasi sulit apapun yang sedang dirasakan oleh seseorang, hal itu hanyalah membuat dirinya menjadi "sempit", tidak sampai "terjepit". 

Misalnya begini. Ada orang yang kesulitan memahami ilmu, maka sesungguhnya dia sedang mengalami "kesempitan" dalam hidupnya untuk memahami ilmu. Pengetahuan sedang sempit. Pemahamannya sedang sempit. Nalarnya sedang sempit. Orang itu bukan sedang "terjepit". Karena jika seseorang sudah dalam posisi "terjepit", maka orang itu pasti sudah tidak ada di dunia ini lagi.

Contoh lain. Ada orang yang sedang kesulitan harta. Maka orang itu sesungguhnya sedang "menyempit" hartanya. Sedang seret (mungkin) usahanya. Sedang mandek uang yang mengalir ke rekeningnya dan lain sebagainya. Tapi orang itu tidak mengalami "terjepit" dalam harta. Kenapa? karena kalau sampai "terjepit", maka orang itu pasti sudah tidak ada di dunia ini lagi.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, adakah solusinya jika situasi kita sedang "menyempit"? jawabnya ada. Jika sedang "menyempit" harta, coba sedekah. Coba datangi orangtua, berikan apa yang mereka mau. Kalau tidak ada yang bisa kita berikan dalam hal materi, maka beri mereka kebahagian. Buat mereka tertawa. Temani mereka makan bersama. Ajak mereka mengingat kenakalan kita dulu dan lain sebagainya. Jangan-jangan, dengan membuat orangtua kita tertawa, harta yang "menyempit" tadi akan segera melebar. Bagaimana cara melebarnya? Jangan tanyakan apa yang ada di luar kemampuan berpikir kita. 

Lalu apakah "terjepit" ada solusinya? Bagaimana caranya bisa menemukan solusi kalau "terjepit" itu adalah akhir dari kemampuanmu menatap matahari dan bulan malam ini? Jika begitu maka ingatlah, teman, kalau situasi seburuk apapun yang sedang kita alami hari ini, di bidang apapun, maka ketahuilah kalau hal itu hanya "menyempit", kita tidak "terjepit" olehnya. Menyempit bisa melebar, sedangkan terjepit akan mengakhiri apapun ketersempitan yang sedang Anda alami saat ini.

Jadi, janganlah seseorang terlalu lebay dengan berkata, "aku butuh bantuanmu, teman. Aku terjepit.." Lebih baik yakini saja kalau situasinya sedang "menyempit" dan dengan izin Allah akan kembali melebar sesuai doa dan keinginan setiap kita.

Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you

TauRa
Rabbani Motivator

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline