Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Sound of Borobudur, Ketika Musik Menyatukan Kita

Diperbarui: 11 Mei 2021   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik bisa menyatukan apapun suku dan warna kulit kita (tirto.id)

Coba Anda sebutkan apa saja di dunia ini yang bisa menyatukan antara satu RT dan RT yang lain? Ya, bisa jadi hubungan keluarga ketua RT nya. Bagaimana kalau satu desa dengan desa yang lain? bisa jadi karena hubungan kepala desanya yang baik.

Lalu bagaimana jika satu kota hingga satu negara ke negara lain? rasanya jawaban kedekatan walikota dan kepala negaranya sudah tidak sesuai lagi. Tentu ada suatu hal yang lebih besar yang bisa mempersatukan penghuni suatu kota atau negara dengan penghuni negara lain, dan tahukah Anda apa itu?

Ya, tentu saja jawabnya adalah musik. Lagu bung Rhoma yang dinyanyikan di papua, tentu juga bisa membuat orang yang ada di aceh hingga Malaysia menari dan bergoyang. Lagu Ebiet G Ade yang diputar di Makassar, tentu juga bisa membuat setiap orang bernyanyi bersama di Padang dan begitu selanjutnya.

Ya, musik bisa mempersatukan kita. Cobalah lihat ketika artis asing datang ke Indonesia. Setiap orang sibuk bernyanyi lagu asing itu meski kebanyakan dari mereka tidak tahu artinya. Singkatnya, itulah musik yang bisa menyatukan kita semua.

Jika musik yang baru-baru saja sudah bisa mempersatukan setiap kita, bagaimana lagi dengan Borobudur yang dianggap sebagai salah satu pusat budaya dunia sejak 13 abad lalu, khususnya seni musik. Apalagi sampai saat ini belum ditemukan situs lain di dunia yang seabad dengan Borobudur, yang menampilkan relief alat musik sebanyak Candi Borobudur.

Coba bayangkan sejenak, rasanya lebih dari layak kalau Borobudur dijadikan sebagai pusat musik dunia. Sound of Borobudur bukan saja tentang memperkenalkan (lagi) borobudur ke dunia, karena memang borobudur sudah terkenal dari dulunya. Tapi lebih kepada menyadarkan (lagi) kepada dunia kalau borobudur lebih dari sekadar candi.

Misalnya, di Borobudur ternyata ada 226 relief Alat Musik jenis Aerophone (tiup), Cordophone (petik), Idiophone (pukul) dan Membranophone (ber-membran), serta 45 relief Ansambel di dinding candi (PEJ Ferdinandus).

Singkatnya, alat musik yang ada di borobudur itu ternyata ada dan menyebar di hampir seluruh belahan nusantara dan dunia. Coba Anda bayangkan, betapa kaya dan luar biasanya kebudayaan kita yang ada di Indonesia ini. Jika sudah begini, apakah masih ada di antara kita yang ragu menyuarakan tentang Sound of Borobudur?

Lebih jauh, apakah masih ada di antara kita yang meragukan betapa Wonderful Indonesia adalah sebuah kebenaran dan keniscayaan? Ya, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, semua sisi dan sudut negeri kita tercinta ini mengandung sejarah, budaya dan makna yang sangat luar biasa yang memang sayangnya masih banyak dari kita pun yang belum menyadarinya.

Seorang teman misalnya, pernah bercerita kalau Candi Borobudur hanyalah sebuah Candi saja, tidak lebih. Itu saja. Apakah pendapatnya salah? Tentu tidak. Minimal itu adalah apa yang dilihat dan dirasakannya. Tapi apakah dia bisa mendapatkan kebenaran yang lebih banyak?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline