Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Anda Harus "Boros" di Bulan Ramadan

Diperbarui: 18 April 2021   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"boros" di Bulan Ramadan itu baik jika tahu caranya (brilio.net)

Tulisan saya sebelumnya sudah mengulas tentang bagaimana "kesulitan keuangan" tidak ada kaitannya dengan enggan berbagi dan seterusnya. Kali ini kita akan membahas tentang kenapa kita harus "boros" di bulan Ramadan ini.

Kalau ada yang mengatakan di Bulan Ramadan ini kita harus lebih cermat, hemat dan seterusnya, saya punya pemahaman yang berbeda dengan hal itu. Cermat mungkin ia. Tapi hati-hati, begitu kita masuk lebih jauh ke dalam definisi "cermat" yang kita buat, maka bisa jadi kita terjebak dalam pribadi kikir bin pelit alias medit.

"Boros" lah di Bulan Ramadan

Janganlah dulu kita lihat contoh Rasulullah SAW. Saya ingin memberikan contoh nyata yang pernah saya lihat saja. Dulu, kalau bukan bulan Ramadan, orang tua saya jika ingin makan durian, maka hanya membawa pulang 1 goni durian ke rumah untuk kami makan bersama. Hanya beberapa tetangga yang dempet rumah yang dapat menikmati durian itu juga.

Suatu hari, di bulan Ramadan, ketika orang tua saya pulang dari shalat tarawih, beliau singgah ke penjual durian dan minta kami pulang duluan. Masjid hanya beberapa ratus meter dari rumah kami sehingga kami semuanya berjalan kaki.

Apa yang terjadi kemudian? Ayah saya datang dengan satu becak dayung penuh dengan durian. Kami semua tersenyum sambil sedikit kaget kenapa membeli durian sebanyak itu? "Bukankah itu boros, Ayah.." kata salah satu kakak saya.

Ayah saya dengan enteng menjawab.

"Kita memang harus "boros" di bulan Ramadan. Belum tentu kita hidup di Ramadan selanjutnya. Jadi mumpung kita hidup di Ramadan ini, mari kita manfaatkan hidup ini mengejar pahala dan untuk berbagi dengan orang lain yang tidak seberuntung kita bisa makan durian kapan saja.."

Kami semua terdiam dan mengangguk setuju dengan pendapat ayah tadi. Singkatnya, lebih dua pertiga dari durian itu dibagikan ke banyak tetangga dan selebihnya kami makan dengan riang gembira. Tetangga bahagia, kamipun senang.

Besoknya, sebelum buka puasa tiba, giliran ibuku yang membagikan kolak durian hasil racikannya. Hampir semua tetangga yang bisa terjangkau berhasil kami bagikan makanan buka puasa itu. Saya termasuk yang mendapat jatah untuk membagikan ke tetangga yang agak jauh jika berjalan kaki. Sedangkan kakak yang lain membagikannya ke tetangga yang lebih dekat.

Jawaban ibuku sedikit berbeda ketika ditanya kenapa kita harus semakin "boros" di bulan Ramadan? Jawab ibuku singkat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline