Anda punya hobi apa selama pandemi ini? ikan hias? Terjun payug? bersepeda? berkebun? nonton sinetron, drama korea atau membaca buku? Ya, apapun hobi Anda, pasti itu semua baik, minimal untuk diri Anda yang menjalankan hobi itu.
Lalu bagaimana jika hobi Anda itu, apakah dihasilkan akibat latah atau memang benar-benar hobi, bisa dikatakan gagal jika ternyata tidak mendapat "dukungan", baik dari diri sendiri, keluarga ataupun lingkungan? Nanti dulu. Sesungguhnya tidak ada istilah gagal dalam menjalankan hobi. Minimal ada 3 alasannya.
Mari kita lihat lebih dekat apa 3 alasan kenapa tidak ada istilah "gagal"dalam menjalankan hobi.
1. Kalau Anda Menyerah Melakukannnya, Itu Bukan Hobi
Coba cek lagi, jangan-jangan yang Anda sebut hobi itu adalah ulah dari kelatahan Anda terhadap lingkungan? Tetangga beli sepeda, Anda juga. Tetangga menanam bunga, Anda ikut. Tetangga pelihara burung, Anda tiba-tiba doyan.
Hati-hati, jangan-jangan ini bukan hobi. Anda hanya mencoba sebisa mungkin ikut dalam lingkungan yang melakukan suatu hal yang baru, padahal Anda tidak suka melakukannya.
Tidak perlu dipaksa. Yakinlah, hal baru itu bukan hobi Anda. Kalau Anda memang hobi, maka Anda akan rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati hobi Anda itu.
2. Hobi Itu Personal, Gagal Itu General
Bagaimana mungkin kita mengatakan sesuatu telah gagal, padahal ukuran berhasilnya hanya yang punya "hobi" yang tahu? Sederhananya begini. Saya punya teman yang sangat hobi memancing. Suatu hari, pulang dari kolam pancing, dia membawa 10 ekor ikan besar yang sukses dipancingnya.
Beberapa teman mengatakan dia sukses besar hari ini karena dia berhasil membawa banyak ikan. Tapi ternyata, baginya itu masih sedikit dibanding rekannya yang lain.
Lah, ini lah hobi. Sukses bagi kita belum tentu bagi yang punya hobi, begitu juga sebaliknya. Hanya dia yang tahu ukuran sukses dan gagalnya sendiri, bukan orang lain.
Lain halnya dengan orang yang "gagal" ujian Sarjana (misalnya), maka semua orang pasti sepakat kalau dia berada dalam situasi "belum berhasil" (saya lebih senang menyebut belum berhasil ketimbang gagal), karena hal ini sifatnya umum dan disetujui banyak orang.