Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Uniknya Akal Sehat Pemimpin Kita, Produk Dibuat untuk Digugat

Diperbarui: 13 Oktober 2020   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasaa Rapat Paripurna DPR (sumber:news.detik.com)

Jika Anda sedang membuat kue, lalu kue yang Anda buat itu bantet atau tidak jadi sesuai harapan, apakah Anda akan makan kue itu? Mungkin sedikit saja untuk mencobanya. 

Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah Anda berani untuk menyajikan kue itu ke tamu Anda yang datang? Sampai disini tentu saja jawaban kita akan seragam, kalau kita tidak akan menyajikannya ke tamu kita. Kecuali memang otak sadar kita sudah terganggu.

Jika pada kue saja perlakuan kita begitu ketatnya dalam penyajian, padahal bentuk bukanlah yang utama dalam hal makanan (tetapi rasa adalah kuncinya), lalu bagaimana jika yang akan kita sajikan adalah "kue" yang berbentuk undang-undang yang akan dijalankan oleh segenap elemen bangsa Indonesia?

Apakah "kue" yang akan kita sajikan di depan ratusan juta masyarakat Indonesia itu adalah "kue" yang asal-asalan? Tentu saja seharusnya tidak. Apakah "kue" yang akan dirasa oleh masyarakat Indonesia itu kita rasa layak hanya disajikan sekadarnya saja? rasanya kita sepakat kalau jawabnya tidak.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kalau yang menyajikan kue dalam bentuk produk perundangan itu tetap menyajikannya alakadarnya saja tanpa mempertimbangkan banyak aspek yang tentu saja lebih kompleks dari sekadar membuat kue bolu di rumah?

Maka sapaan Annisa Pohan ke Ridwan Kamil mungkin bisa kita jadikan contoh jawabannya. "Sehat Kang?", begitu sapa Annisa ke RK yang bisa juga kita alamatkan ke pembuat produk itu.

Begini, tentu saja untuk membuat ratusan halaman dan ribuan pasal bukan hal yang mudah, kita paham. Tentu saja untuk membuat aturan, merancang perundangan hingga menjadikannya regulasi (seolah-olah) bukan hal yang mudah, kita juga paham. 

Tetapi yang buat kita tidak paham adalah mengapa harus membuat "kue" yang orang enggan memakannya? jangankan memakan, mengakui itu sebagai kue saja orang tidak mau, apalagi memakannya?

Coba bayangkan, jika kita membuat kue dengan usaha yang kita katakan maksimal, tetapi kue itu jangankan dimakan, mendengar namanya saja orang sudah tidak mau dan menolak, apakah Anda tetap akan membuat kue itu?

Atau contoh lainnya begini, kalau Anda membuat kue, padahal Anda tahu kalau kue itu tidak disukai orang, apakah Anda tetap akan membuat kue itu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline