Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

5 Keunggulan Kampanye Virtual dalam Pilkada Masa Kini

Diperbarui: 15 September 2020   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampanye virtual adalah opsi yang menarik (sumber:beritamanado.com)

Kluster Pilkada dalam penyebaran pandemi yang terjadi saat ini tentu bisa dihindari atau sekurang-kurangnya diminimalisir. Ketika belajar saja sudah "mulai nyaman" dilakukan secara daring, bekerja saja sudah mulai eksis dilakukan secara virtual, maka mengapa tidak kampanye dalam Pilkada pun dilakukan secara maya?

Bahkan, hal ini pun bisa menjadi peluang pada Pilkada ke depan untuk tetap menggunakan metote virtual, khususnya dalam kampanye politik, meskipun (Insya Allah) wabah ini sudah hilang dari bumi pertiwi. Minimal ada 5 keunggulan menggunakan kampanye virtual dalam Pilkada masa kini dan mungin masa depan.

1. Bisa Menampung Lebih Banyak Orang

Kampanye politik jika dilakukan secara manual, maka membutuhkan medan dan lapangan yang besar. Kalau mengundang 1000 orang, mungkin bisa di lapangan kecil atau sedang. Kalau 5000 orang, harus cari lokasi yang lebih besar lagi. Kalau undang 100 ribu orang, maka harus menggunakan GBK dan begitu selanjutnya. Singkatnya, semakin banyak yang dihadirkan, maka akan semakin besar tempat yang dibutuhkan.

Sedangkan dalam kampanye virtual, berapa banyak pun orang yang diundang, maka bisa diakomodir dan "dihadirkan" melalui media virtual yang bisa dipilih (tentu dengan paket super premium yang tersedia) dan hebatnya kita hanya membutuhkan satu tempat kecil di rumah masing-masing. Hemat tempat penyelenggaraan acara tentu saja. Dan ini akan efisien dalam hal anggaran sewa tempat (misalnya).

2. Hemat Biaya

Dengan kampanye manual, jika menghadirkan 100 ribu orang, maka dana untuk mensiapkan "snack" peserta tentu tidak murah. Meskipun banyak yang berdalih mereka datang sukarela, tetapi minimal dana yang bisa dikeluarkan untuk satu kali kampanye akbar konon bisa ratusan hingga milyaran rupiah. Tentu pemborosan dalam hal anggaran kampanye kandidat.

Sedangkan dengan metode virtual, maka semua biaya ini bisa dipangkas habis. Tidak perlu mensiapkan "snack", tidak perlu ada "air mineral" untuk memperkuat stamina masyarakat yang hadir, karena mereka bisa mengambilnya sendiri di dapur masing-masing, tidak perlu sewa panggung, Band musik dan lain sebagainya (meskipun tetap bisa dihadirkan dalam ruang virtual). Dan masih banyak hal lain yang bisa di hemat dalam hal kampanye virtual. Coba saja kalau tidak percaya!

3. Visi dan Misi yang Disampaikan Kandidat Bisa Diserap Dengan Baik

Saya pernah diminta membawakan sesi motivasi umum dalam sebuah sesi "kampanye". Ternyata, kampanye manual itu, bisa terjadi penyampaian informasi yang tidak jelas dan utuh. Contoh, kandidat bicara A, lalu hadirin hanya berteriak, "Hidup....! Hidup..!" emang apanya yang hidup? 

Padahal si Kandidat cerita tentang sulitnya ekonomi, malah masyarakatnya bilang "Hidup...!" ada ketidaknyambungan antara kandidat dan pendukung yang hadir. Ada banyak faktor penyebabnya, salah duanya adalah faktor sound system (pengeras suara) dan kebisingan lokasi hingga tidak bisa mendengar inti yang disampaikan si kandidat.

Dengan Kampanye virtual, hal ini tidak akan terjadi lagi. Karena masyarakat akan langsung mendengar secara jelas di gadget atau PC nya masing-masing, apa yang sebenarnya mau dilakukan oleh si kandidat untuk rakyat dalam satu periode kedepan. Sehingga pada akhirnya masyarakat bisa menentukan secara jernih apakah kandidat ini layak memimpin atau tidak.

4. Interaksi Langsung dengan Masyarakat

Dalam kampanye manual, bintang utamanya ada di panggung, rakyatnya ada di bawah panggung, sedih rasanya. Padahal yang di atas panggung sangat butuh dengan orang yang di bawah panggung. Seharusnya terbalik, si kandidat di bawah panggung dan masyarakat di atas panggung karena kandidat butuh suara masyarakat. Dari sini saja sudah terlhat kesenjangan antara kandidat dan calon pemilih nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline