Lihat ke Halaman Asli

Mendorong Keadilan Gender dalam Merespon Perubahan Iklim

Diperbarui: 25 Agustus 2022   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perubahan iklim. (sumber: Shutterstock via kompas.com) 

"Alam terus  dieksploitasi, sementara perempuan cenderung tidak dilibatkan dalam urusan penyelamatan lingkungkan dan parahnya mereka paling merasakan dampak kerusakan."

Dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang berperspektif gender digunakan beberapa indikator diantaranya Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Pada tahun 2019 masih terdapat 19 provinsi dengan capaian IPG di bawah rata-rata nasional. 

Sedangkan untuk IDG hanya ada 5 provinsi yang pencapaiannya berada di atas rata-rata nasional. Hal ini menunjukan masih ada kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan di banyak daerah.

Dunia internasional telah mengakui bahwa perempuan merupakan pihak yang lebih rentan dan paling terkena dampak dari perubahan iklim. 

Dampak perubahan iklim saat ini hadir di tenagh-tengah relasi sosial, budaya dan ekologi yang timpang, tidak adil dan mensubordinasikan serta meminggirkan kaum perempuan. Akibatnya, perempuan mengalami dampak ganda dari dampak perubahan iklim.

Dalam sistem kultur patriarki perempuan masih dipandang sebagai kelompok kelas dua dan tidak diberikan ruang yang sama dengan laki-laki baik itu dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengakses pengetahuan.

Saat ini menjadi persoalan besar yang terus diperjuangkan secara kolektif untuk mencapai solusi, padahal kita ketahui sejauh ini perempuan memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam serta penyelamatan ekosistem.

Perempuan dalam kehidupannya sangat dekat dengan lingkungannya, namun saat ini akses perempuan terhadap sumber daya alam bukan saja terbentur oleh sistem patriarki tetapi dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim. hal ini menambah beban berlapis terhadap perempuan dalam mewujudkan keadilan iklim. 

Jika dilihat lebih dalam peran atau penempatan perempuan dalam isu perubahan iklim sebenarnya memiliki substansi yang besar dimana perempuan mampu melihat atau membaca kondisi lingkungannya serta mampu melakukan upaya pemulihan.

Hubungan perempuan dengan alam inilah yang memperkuat pemikiran dan tindakan dalam menjaga ekosistem lingkungan, hal ini dikarenakan perempuan memiliki naluri keibuan yang mampu menjaga lingkungannya seperti menjaga anaknya

Filosofi bumi sebagai kerahiman  menempatkan perempuan sebagai unsur paling penting dalam menjaga alam semesta, seperti seorang ibu yang selalu menjaga dan merawat anaknya begitupun peran perempuan bila dipandang sebagai bagian dari alam semesta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline