Muhibah Budaya Jalur Rempah
Kedatangan KRI Dewaruci dalam kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 (MBJR) yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementenrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi rencananya akan tiba di Kota Kupang tanggal 24 Juni 2022 mendatang. Kapal milik TNI Angkatan Laut tersebut akan membawa pemuda-pemudi pilihan dari 34 provinsi dengan tujuan untuk tapak tilas Jalur Rempah Nusantara.
Puluhan Laskar Rempah RI akan mengunjungi sejumlah situs budaya di Kota Kupang seperti mercusuar, Kota Lama, Gereja Kota Kupang, Desa Cendana di Nitneo, SMK Negeri 4 Kupang, Museum NTT, SMA Negeri 6 Kupang sebagai role model sekolah rempah, dan sejumlah situs budaya.
Adapun kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa catatan-catatan sejaran yang menjadi pertimbangan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementenrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, yang dimuat dalam buku saku MBJR. Dalam catatan tersebut menghimpun berbagai cerita kejayaan rempah-rempah nusantara.
Sudah sejak lama rempah-rempah dari Nusantara turut berkontribusi pada sejarah peradaban dunia.
Jalur Rempah menjadi cikal bakal perdagangan komoditas yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia. Rutenya dimulai dari timur ke barat: pala, bunga pala, dan cengkih dari Kepulauan Maluku, dikumpulkan di Pantai Malabar, India, lalu diangkut ke Teluk Persia dan ke sepanjang Lembah Eufrat, Mesopotamia, ke Babilonia, juga Madagaskar dan Afrika Selatan.
Ada tiga makna penting Jalur Rempah dicatat dalam MBJR. Pertama, bukti kemampuan Nusantara dalam menjelajah dan menjadi bagian masyarakat dunia. Kedua, Jalur Rempah sebagai jalur kebudayaan yang mendorong interaksi antarbudaya. Ketiga, membentuk jejaring spiritual dan intelektual Nusantara dengan bangsa lain.
Rempah bersama komoditas perdagangan lainnya yang beredar di wilayah Nusantara telah memicu lahirnya basantara (lingua franca) pemersatu bangsa-bangsa, alat tukar berupa mata uang simbolik, bangunan-bangunan penanda kehadiran bangsa, teknologi dan pengetahuan, literasi dan seni, hingga perilaku kehidupan berempah sehari-hari, yang meliputi penyebaran agama, pendidikan, pertukaran ilmu pengetahuan, seni, bahasa, teknologi perkapalan, busana, kesehatan ragawi, kuliner, gastronomi, hingga pertemuan berbagai kepentingan politik.
Dalam Jalur Rempah juga bisa ditemukan manusia-manusia penting seperti Karaeng Pattingalloang dan Syekh Yusuf Al-Makassari. Semua hal itu kemudian menjelma menjadi tradisi dan jati diri wilayah dan kota pada Jalur Rempah yang hingga hari ini masih kita temukan jejaknya.
Imajinasi perdagangan rempah dan terbentuknya Indonesia pada dasarnya mengingatkan kembali bahwa Jalur Rempah adalah jalur pengetahuan yang kompleks dan kaya potensi. Jika dieksplorasi lebih dalam, Jalur Rempah bisa berkontribusi ke banyak hal seperti ilmu pengetahuan, teknologi sampai dengan logika berpikir, sikap dan penyikapan terhadap kehidupan. Dengannya, Jalur Rempah adalah masa depan kebudayaan.
Dalam rangka merevitalisasi hubungan historis tersebut, Muhibah Budaya merupakan sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb).
Pelayaran mengarungi lintas samudra menyusuri titik-titik rempah di Indonesia sebagai penegasan ketersambungan daerah-daerah dan konektivitas historis Indonesia melalui Jalur Rempah.